SinarHarapan.id – Nilai tukar Rupiah mengalami penguatan berkat kebijakan moneter BI yang konsisten.
Selain itu, aliran masuk modal asing juga meningkat.
Pada akhir September 2024, Rupiah mencapai Rp15.140/USD.
Ini mencatat penguatan 2,08 persen month to month mtm dibanding Agustus 2024.
Penguatan ini lebih tinggi dibandingkan mata uang regional lain.
Won Korea, Peso Filipina, dan Rupee India menguat masing-masing 2,02%, 0,17%, dan 0,10%.
Kinerja baik Rupiah didorong oleh komitmen BI untuk stabilitas.
Imbal hasil aset domestik yang menarik juga berkontribusi.
Fundamental ekonomi Indonesia yang kuat mendukung aliran modal asing.
Posisi cadangan devisa di akhir September 2024 mencapai USD149,9 miliar.
Ini cukup untuk membiayai 6,6 bulan impor dan utang luar negeri.
Cadangan devisa berada di atas standar internasional sekitar 3 bulan impor.
Namun, pada Oktober 2024, nilai tukar Rupiah melemah 2,82% ptp.
Pelemahan ini disebabkan ketidakpastian global akibat ketegangan di Timur Tengah.
Dibandingkan akhir Desember 2023, Rupiah terdepresiasi hanya 1,17% ytd.
Ini lebih baik dibandingkan Peso Filipina, Dollar Taiwan, dan Won Korea.
Ke depan, Rupiah diperkirakan menguat berkat imbal hasil yang menarik.
Rendahnya inflasi dan prospek ekonomi Indonesia yang baik juga mendukung.
Instrumen moneter akan terus dioptimalkan untuk menarik modal asing.
Strategi operasi moneter pro-market akan diperkuat untuk efektivitas kebijakan.
Inflasi tetap rendah dalam kisaran 2,5±1%.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat 1,84% yoy pada September 2024.
Inflasi inti mencapai 2,09% yoy, sedangkan inflasi volatile food (VF) menurun.
Inflasi VF turun menjadi 1,43% yoy dari 3,04% yoy bulan sebelumnya.
Penurunan ini dipengaruhi peningkatan pasokan pangan selama musim panen.
Sinergi pengendalian inflasi juga berkontribusi melalui Gerakan Nasional.
Pemerintah dan BI yakin inflasi IHK akan tetap terkendali.
Inflasi inti diperkirakan terjaga berkat ekspektasi yang terjangkar.
Kapasitas perekonomian masih besar untuk merespons permintaan domestik.
BI komitmen memperkuat kebijakan moneter bersinergi dengan fiskal.
Ini bertujuan menjaga inflasi tahun 2024 dan 2025 dalam sasaran.
Kinerja APBN hingga Agustus 2024 tetap terjaga dengan defisit terkendali.
Pendapatan negara terkontraksi 2,5% yoy, sedangkan belanja negara tumbuh 15,3% yoy.
Defisit APBN tercatat Rp153,7 triliun atau 0,68 persen PDB.
Keseimbangan primer masih surplus Rp161,8 triliun.
Kinerja APBN yang baik mendukung transisi solid tahun 2025.
Realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.777,0 triliun atau 63,4% target.
Penerimaan pajak terkontraksi 4,0% yoy karena harga komoditas yang moderat.
Penerimaan kepabeanan dan cukai tumbuh 6,8% yoy, didorong relaksasi ekspor.
Realisasi PNBP mencapai Rp383,8 triliun, terkontraksi 4,8% yoy.
Hal ini dipengaruhi kurang optimalnya lifting migas dan harga mineral.
Realisasi belanja negara mencapai Rp1.930,7 triliun, tumbuh 15,3% yoy.
Belanja ini untuk mendukung pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Belanja pemerintah pusat mencapai Rp1.368,5 triliun, tumbuh 16,9% yoy.
Transfer ke daerah mencapai Rp562,1 triliun, tumbuh 11,6% yoy.
Peningkatan belanja ditujukan untuk program yang langsung bermanfaat bagi masyarakat.
Belanja juga digunakan untuk Pemilu 2024 dan pembayaran gaji ASN/TNI/Polri.