SinarHarapan.id – Kedatangan Presiden Prabowo Subianto di Moskow pada Rabu (10/12) bukan sekadar agenda seremonial kenegaraan. Lawatan ini menandai babak penting dalam konsolidasi arah politik luar negeri Indonesia di bawah kepemimpinan baru, sekaligus menegaskan posisi Indonesia sebagai aktor strategis di tengah lanskap geopolitik global yang terus bergeser.
Disambut pasukan jajar kehormatan di Bandara Vnukovo serta jajaran pejabat tinggi Rusia, kunjungan Prabowo langsung memperlihatkan bobot diplomatik yang diberikan Moskow kepada Jakarta. Pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin menjadi inti kunjungan ini, terutama karena berlangsung pada momentum 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Rusia.
Baca Juga: Kapal Perang Rusia Kunjungi Jakarta, Prabowo ke Moskow Juni
Memperdalam Kemitraan di Tengah Ketidakpastian Global
Pertemuan tête-à-tête antara Prabowo dan Putin berlangsung tertutup, namun pesan politiknya terbaca jelas. Kedua pemimpin sepakat memperdalam kemitraan strategis di tengah situasi global yang sarat ketegangan, fragmentasi ekonomi, dan rivalitas kekuatan besar.
Bagi Indonesia, Rusia adalah mitra penting di luar poros Barat maupun Tiongkok. Kunjungan ini menegaskan tradisi politik luar negeri bebas aktif yang tetap relevan, bahkan semakin strategis, di era multipolar. Indonesia menunjukkan bahwa kerja sama globalnya tidak dikunci pada satu blok, melainkan dibangun atas dasar kepentingan nasional jangka panjang.

Energi Nuklir dan Ketahanan Energi Nasional
Salah satu pernyataan paling signifikan muncul dari Presiden Putin yang menyatakan kesiapan Rusia membantu Indonesia mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Tawaran ini menempatkan isu energi, khususnya energi bersih dan berkelanjutan, sebagai pilar baru kerja sama bilateral.
Bagi Indonesia, diskursus PLTN bukan lagi sekadar wacana teknis, melainkan bagian dari strategi ketahanan energi dan transisi menuju ekonomi rendah karbon. Dukungan Rusia membuka opsi teknologi dan pembiayaan di luar mitra tradisional, sekaligus memperluas ruang negosiasi Indonesia di tingkat global.
Perdagangan, Pertanian, dan Diversifikasi Ekonomi
Kunjungan ini juga memperlihatkan kematangan hubungan ekonomi kedua negara. Putin mencatat peningkatan perdagangan bilateral sebesar 17 persen dalam sembilan bulan pertama 2025, angka yang mencerminkan stabilitas dan potensi pertumbuhan lanjutan.
Di sektor pertanian, Rusia secara terbuka menyebut adanya surplus perdagangan yang menguntungkan Indonesia. Sikap ini penting, karena menunjukkan kemauan Moskow untuk menyeimbangkan hubungan dagang dan membuka ruang pembahasan lanjutan, termasuk pasokan pangan strategis seperti gandum.
Bagi Indonesia, kerja sama ini krusial dalam konteks diversifikasi mitra dagang dan penguatan ketahanan pangan nasional, terutama di tengah fluktuasi pasar global.
Pertahanan dan Pendidikan Militer: Hubungan Tradisional yang Diperkuat
Di bidang pertahanan, hubungan Indonesia–Rusia kembali ditegaskan sebagai kemitraan tradisional yang stabil. Putin menekankan kuatnya kerja sama teknis-militer, termasuk pendidikan perwira Indonesia di universitas militer Rusia.
Bagi pemerintahan Prabowo, yang memiliki latar belakang pertahanan, kerja sama ini memiliki makna strategis. Bukan hanya soal alutsista, tetapi juga transfer pengetahuan, profesionalisme militer, dan penguatan kapasitas sumber daya manusia pertahanan Indonesia.
Pariwisata, People-to-People Contact, dan Diplomasi Lunak
Di luar isu-isu keras, kedua pemimpin juga menyoroti meningkatnya hubungan antar masyarakat melalui pariwisata. Kemudahan visa dan penerbangan langsung menjadi instrumen diplomasi lunak yang efektif, memperkuat kedekatan sosial dan ekonomi kedua negara.
Aspek ini penting karena memperluas basis hubungan bilateral, tidak hanya bertumpu pada elite negara, tetapi juga masyarakat luas.
Indonesia, BRICS, dan Tata Dunia Baru
Putin secara khusus menyambut keanggotaan penuh Indonesia di BRICS sebagai perkembangan geopolitik penting. Bagi Rusia, Indonesia adalah mitra kunci di Asia Tenggara. Bagi Indonesia, BRICS membuka ruang baru dalam arsitektur ekonomi global yang lebih berimbang.
Kunjungan ini, dengan demikian, tidak berdiri sendiri. Ia terhubung dengan arah kebijakan Indonesia di forum global, termasuk perundingan zona perdagangan bebas dengan Uni Ekonomi Eurasia.
Diplomasi Personal dan Pesan Simbolik
Dalam suasana hangat, Prabowo secara langsung mengundang Putin berkunjung ke Indonesia, disertai candaan ringan, “Jangan ke India saja.” Momen ini menunjukkan diplomasi personal yang cair, namun sarat makna simbolik: Indonesia ingin hubungan ini berlanjut dalam jangka panjang dan setara.
Lebih dari Sekadar Kunjungan
Rangkaian agenda Prabowo, dari Pakistan, hingga Rusia, menunjukkan pola kepemimpinan yang aktif dan responsif, baik terhadap isu domestik maupun dinamika global. Kunjungan ke Moskow menegaskan bahwa Indonesia di bawah Prabowo tidak bersikap pasif dalam perubahan dunia, melainkan berupaya mengamankan kepentingannya melalui kemitraan strategis yang beragam.
Dalam konteks itu, Moskow bukan sekadar tujuan diplomasi, melainkan panggung bagi Indonesia untuk menegaskan posisinya: negara besar yang percaya diri, terbuka bekerja sama, dan siap memainkan peran lebih signifikan di tatanan global yang sedang dibentuk ulang.












