Ekonomi

Luhut Dorong Revitalisasi Industri Tekstil dan Alas Kaki

×

Luhut Dorong Revitalisasi Industri Tekstil dan Alas Kaki

Sebarkan artikel ini

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan pentingnya industri tekstil dan alas kaki bagi ekonomi Indonesia.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan pentingnya industri tekstil dan alas kaki bagi ekonomi Indonesia. (Foto: DEN)

SinarHarapan.id – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan pentingnya industri tekstil dan alas kaki bagi ekonomi Indonesia. Sektor ini masih memiliki potensi besar meskipun menghadapi tantangan global dan kabar pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Banyak yang pesimis terhadap industri ini, menganggapnya sebagai industri sunset. Namun, kami di DEN melihatnya sebagai sektor strategis yang menyerap hampir 4 juta tenaga kerja,” ujar Luhut dalam forum Retreat Kepala Daerah di Magelang.

Relokasi Industri Menjadi Peluang

Dalam satu tahun terakhir, Indonesia menjadi target relokasi industri tekstil dan alas kaki. Perang dagang AS-Tiongkok dan kejenuhan industri di Vietnam mendorong investasi ke Indonesia.

Baca Juga: Kemendag Fasilitasi Business Matching UMKM dengan MAP

Investasi asing langsung (FDI) di sektor tekstil dan alas kaki mencapai USD 903 juta pada 2024, naik 107% dibanding tahun sebelumnya. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di sektor ini juga meningkat hingga Rp 7 triliun.

Dampak Positif terhadap Lapangan Kerja

Investasi ini berkontribusi besar dalam penciptaan lapangan kerja. Hasil kajian DEN menunjukkan bahwa investasi sebesar USD 20-30 juta di pabrik pakaian jadi mampu menyerap hingga 9.000 tenaga kerja.

Selain itu, merek global seperti Adidas dan Nike berencana meningkatkan pesanan mereka hingga tiga kali lipat dalam tiga tahun ke depan. Langkah ini diperkirakan menciptakan tambahan 100.000 lapangan kerja.

Tantangan dalam Investasi

Investor di sektor ini masih menghadapi kendala seperti pembebasan lahan, perizinan amdal, dan kebijakan upah. Luhut menekankan bahwa koordinasi yang baik dapat mengatasi hambatan ini.

Di sisi lain, perlindungan pasar dalam negeri dari impor ilegal juga menjadi perhatian utama. “Kapasitas produksi berlebih di Tiongkok akibat tarif AS telah mendorong ekspor ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ini perlu diwaspadai,” tegas Luhut.

Peluang di Industri Semikonduktor

Selain industri tekstil dan alas kaki, DEN juga menjajaki peluang Indonesia dalam rantai pasok global semikonduktor. Salah satu inisiatif yang di kembangkan adalah kerja sama dengan perusahaan semikonduktor asal Singapura. Program ini mencakup pelatihan bagi 50-100 tenaga kerja Indonesia di bidang desain chip, perakitan, dan pengemasan semikonduktor.

“Di tengah situasi global yang tidak menentu, kita tidak boleh pesimis. Indonesia memiliki peluang besar yang bisa di manfaatkan,” pungkas Luhut.