SinarHarapan.id – Dalam konferensi COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, yang baru saja berakhir 13 Desember lalu, pemimpin dari 159 negara, termasuk Indonesia, sepakat menandatangani Deklarasi Emirates Tentang Pertanian Berkelanjutan, Sistem Pangan Ketahanan, dan Aksi Iklim. Salah satu isi deklarasi ini adalah beralih dari praktik [dengan] emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi ke praktik yang lebih berkelanjutan.
Sistem pangan – dari apa yang kita konsumsi; produksi; distribusi – bertanggung jawab sekitar sepertiga emisi gas rumah kaca global, salah satu kontributor utama terhadap perubahan iklim, dan lebih dari 50% nya berasal dari produk hewani.
“Sistem pangan berperan penting dalam solusi krisis iklim. Dengan melihat skala yang sangat besar industri peternakan dalam sistem pangan kita saat ini, mengubah pola makan sehari-hari menjadi salah satu aksi sederhana yang bisa kita tempuh dan penting untuk mengurangi dampak emisi yang berbahaya,” ungkap Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Nutrisi Esok Hari, yang bekerja untuk mempromosikan pilihan pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan di negara-negara bagian Selatan, termasuk di Indonesia.
Pilihan pola makan berbasis nabati dipandang sebagai cara yang signifikan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca terkait dengan industri peternakan. Riset menunjukkan bahwa pola makan berbasis nabati (vegan dan vegetarian) cenderung menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, penggunaan lahan, dan penggunaan air yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pola makan berbasis hewani. “Beralih ke sistem agrikultur yang berkelanjutan dan menerapkan pola makan nabati dalam kehidupan sehari-hari menjadi krusial dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,” tambah Among.
Institusi memegang peran besar dalam perubahan
Perubahan di tingkat institusi dapat memberikan dampak signifikan dari Perubahan pola makan. Instansi pemerintah, perusahaan, juga lembaga pendidikan–baik sekolah maupun universitas, dapat berkontribusi menekan emisi gas rumah kaca dengan menyajikan makanan berbasis nabati yang terjangkau, sehat, dan beragam mulai dari kantin, hingga dalam acara-acara lainnya.
“Tahun ini program Nutrisi Esok Hari ikut membantu lembaga pendidikan mengurangi konsumsi daging dan meningkatkan kesadaran tentang dampak pilihan makanan di kalangan siswa, guru, serta juru masak, dan stakeholder lainya dengan memberikan pelatihan yang menghadirkan ahli gizi dan chef profesional secara gratis”, tambah Among.
Di tahun 2023, Sekolah Citra Berkat Taman Dayu dan Schole Fitra menerima pelatihan tentang pangan nabati dan gizi anak, dan Pondok Diakonia Bawen telah menyelesaikan dua tahapan pelatihan bersama chef ahli pangan nabati, untuk mengolah menu-menu berbasis nabati yang enak dan menarik bagi anak dan lansia. Diperkirakan ketiga institusi tersebut akan menyajikan sekitar 54,668 porsi makan berbasis nabati setiap tahunnya.
Kemajuan tersebut merupakan contoh bagaimana aksi kecil dapat berdampak besar jika dilakukan secara kolektif di tingkat institusi. “Kami melihat Institusi pendidikan selalu menjadi yang terdepan dalam mendorong perubahan yang sejalan dengan ilmu pengetahuan, termasuk dalam melakukan aksi iklim dengan mempromosikan pola makan yang lebih berkelanjutan dan rendah emisi rumah kaca,” kata Among. (rht)