SinarHarapan.id – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, menerima penghargaan Mujahidah Diplomasi Award dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Kamis (3/10). Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi atas komitmen Menlu Retno dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.
MUI Peace Award dan MUI Diplomacy Award yang dianugerahkan kepada Jusuf Kalla dan Retno Marsudi menjadi bukti pengakuan atas perjuangan dua tokoh besar Indonesia dalam mendukung rakyat Palestina.
“Penghargaan ini adalah pengingat bahwa perjuangan untuk Palestina adalah perjuangan kita bersama,” kata Menlu RI dalam sambutannya.
“Kita bersyukur, perjuangan diplomasi Indonesia untuk Palestina mendapatkan dukungan besar dari masyarakat Indonesia dan organisasi masyarakat. MUI dan Baznas termasuk mitra penting dalam perjuangan tersebut.”
Menlu Retno menekankan isu Palestina sangat kental diangkat dalam dunia internasional, termasuk selama partisipasinya di Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-79 di New York yang baru saja beliau hadiri.
“Indonesia tidak akan tinggal diam. Indonesia termasuk di garis depan dalam membela perjuangan bangsa Palestina. Diplomasi Indonesia memilih untuk berpihak membela keadilan dan kemanusiaan, membela yang benar, against all odds,” kata Menlu Retno.
Menlu RI juga menjelaskan fokus utama yang diperjuangkan Indonesia selama SMU PBB minggu lalu di New York.
Pertama, menggalang pengakuan negara-negara terhadap kedaulatan Palestina.
Kedua, terus mendorong implementasi Resolusi Majelis Umum PBB yang meminta Israel mengakhiri aktivitas ilegalnya di Palestina.
“Selama 10 tahun terakhir, selain bantuan pemerintah dan masyarakat Indonesia yang sangat besar.. kita juga salurkan 189 capacity building kepada lebih dari 2.000 beneficiaries Palestina. Dan tentunya, pembangunan RS Indonesia di Gaza,” kata jelas Menlu Retno.
“Hal ini belum termasuk komitmen penyaluran bantuan ke Palestina melalui saluran lain seperti International Labour Organization (ILO) dan United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA).”
Menlu RI mengatakan, menjalankan politik luar negeri yang bermartabat di tengah situasi dunia yang kental dengan rivalitas tajam perlu upaya keras.
Karenanya, Menlu Retno mengucapkan terima kasih atas kerja sama dan dukungan selama masa jabatannya, serta mengingatkan seluruh bangsa Indonesia untuk tidak pernah lelah dalam membela kebenaran.
Jusuf Kalla dalam sambutannya mengatakan dari pengalaman di dalam negeri maupun luar negeri selama Indonesia merdeka, 10 dari 15 konflik besar terjadi karena ketidakadilan. Ketidakadilan ekonomi, ketidakadilan sosial dan ketidakadilan politik.
Sedangkan konflik di negara-negara Islam atau berpenduduk Islam, seperti Indonesia, Thailand, Myanmar Rohingya, Pakistan, India, Afghanistan dan Palestina adalah peninggalan kolonial, ‘bom waktu’ yang ditinggalkan penjajah, bangsa-bangsa Barat di masa lalu.
“Itulah yang terjadi dewasa ini, konflik dibarengi peninggalan kolonial. Apa yang terjadi Palestina awalnya hanyalah karena Menlu Inggris membagikan batas yang diterukkan saja di satu kertas, dan ujungnya seperti sekarang,” kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla mengingatkan bahwa perang saat tidak bisa dikalahkan hanya dengan keberanian, atau kekayaan, apalagi hanya dengan doa-doa dalam rapat akbar lalu pulang, melainkan dengan penguasaan teknologi.
“Negara-negara Islam tidak miskin, banyak yang kaya luar biasa. Tetapi tidak bisa hanya dengan kekayaan, tidak bisa hanya dengan keberanian, teknologi mengalahkan semuanya,” kata Jusuf Kalla.
“Jadi jangka panjang adalah di samping menjaga keadilan, di dalam negeri dan di mana pun di dunia ini, penguasaan teknologi menjadi bagian dari upaya kita di masa datang.”
Dia memberi contoh ledakan pager di Lebanon, pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di kamarnya terjadi karena penguasaan teknologi. Meski begitu, kemampuan ekonomi juga mendukung penguasaan teknologi. “Jadi semua masalah terkait,” kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla juga mengingatkan berteriak ‘Hidup Palestina!’ saja tidak bisa menghentikan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. “Netanyahu tidak peduli.”
Kata Jusuf Kalla, “Hanya tiga orang yang bisa menghentikan perang di Palestina saat ini. Ialah Netanyahu, Yahya Sinwar sekarang Hamas, dan Presiden Amerika, siapapun presiden itu. Hanya tiga orang. Tidak ada negara lain yang bisa mendamaikan tanpa tiga orang itu.”
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan perjuangan Jusuf Kalla dan Menlu RI Retno Marsudi menjadi contoh nyata dari diplomasi Wasathiyatul Islam, sesuai dengan yang diperjuangkan MUI selama ini.
“Yang mulia dan gagah berani, Jusuf Kalla mendapatkan penghargaan MUI Peace Mujahid Award, Sementara Retno Marsudi, dengan hati yang bersih dan penuh keberanian, dinobatkan sebagai MUI Diplomacy Mujahidah Award, karena perjuangan mereka yang nyata untuk perdamaian dunia,” kata Prof Sudarnoto.
Ketua Baznas RI, Prof Noor Achmad mengatakan dedikasi Menlu Retno dan Jusuf Kalla tidak hanya menginspirasi di dalam negeri, tetapi juga mendapat apresiasi di panggung internasional, memperkuat posisi Indonesia sebagai pemimpin dalam diplomasi kemanusiaan global.
“Pengaruhnya sangat besar, dan setiap orang yang bertemu saya di Mesir selalu mengirim salam untuk Bu Retno. Jadi, Indonesia mendapat pujian yang luar biasa,” katanya, merujuk pada Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang konsisten menyuarakan dukungan bagi Palestina di forum internasional.
Prof Noor juga menyampaikan bahwa Indonesia telah mendapatkan pujian internasional atas sikap dan peran strategisnya dalam membantu Palestina.
Pujian ini, menurut Noor Achmad, adalah cerminan dari kekuatan Indonesia di mata dunia, yang diakui berkat peran tokoh-tokoh penting seperti Jusuf Kalla dan Retno Marsudi.
Peran Baznas dalam menggalang bantuan kemanusiaan untuk Palestina juga tidak lepas dari dukungan kuat Majelis Ulama Indonesia (MUI).
“Hingga saat ini, bantuan terus mengalir. Itulah hebatnya Indonesia, kita tidak membantu peperangan, namun membantu kemanusiaan dan terkumpul hingga Rp320 miliar,” tambahnya.
Angka ini merupakan bukti nyata bahwa bangsa Indonesia selalu hadir dalam setiap krisis kemanusiaan, tanpa melibatkan diri dalam konflik bersenjata.
Prof Ahmad juga mengungkapkan rencana jangka panjang untuk membantu rekonstruksi di Palestina. “Insya Allah, membantu rekonstruksi bangunan Palestina, rumah sakit, Masjid, sekolah, pesantren ala Indonesia di Palestina,” jelasnya.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Anwar Iskandar mengatakan gelar mujahid dan mujahidah yang disematkan kepada JK dan Retno Marsudi bukanlah gelar yang sembarangan. Alasan MUI memberikan penghargaan tersebut karena JK dan Retno Marsudi telah memberikan perspektif kemanusiaan dari Undang-undang Dasar 1945 bahwa hak kemerdekaan adalah setiap setiap bangsa.
Kiai Anwar menyebut JK dan Retno Marsudi sebagai patriot bangsa yang telah mewakili keterkaitan emosional dan kesejahteraan, serta kecintaan bangsa Indonesia atas nama kemanusiaan kepada Palestina.
“MUI memberikan Pak JK dan Bu Retno Marsudi (penghargaan) atas pertimbangan-pertimbangan yang matang dari dimensi politik, dimensi kemanusiaan, dan dimensi keagamaan. Kita berkewajiban untuk terus memberikan dukungan dan doa,” kata Kiai Anwar.
Kiai Anwar mengajak semua pihak untuk terus berjihad di jalan Allah dan jihad kemanusiaan. Kiai Anwar memberikan dukungan penuh kepada JK dan Retno Marsudi untuk terus dengan gagah berani membela kepentingan kemanusiaan.
Adapun Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan, berharap melalui penghargaan ini, lahir lebih banyak mujahid-mujahidah yang dapat memberikan dukungan nyata bagi kemerdekaan Palestina.
Acara penghargaan yang dihadiri oleh 250 undangan, termasuk duta besar, pejabat negara, ormas Islam, lembaga zakat, filantropi, relawan, dan aktivis kemanusiaan. Juga sejumlah anak-anak Palestina yang turut memeriahkan acara dengan membacakan puisi.
(Sumber: Kemlu RI, MUI)