Internasional

PBB: Lindungi Pekerja Kemanusiaan di Garis Krisis

×

PBB: Lindungi Pekerja Kemanusiaan di Garis Krisis

Sebarkan artikel ini

Hari Kemanusiaan Sedunia 2025: Bersolidaritas dengan Para Pekerja Kemanusiaan sebagai Garda Terdepan dalam Krisis

Di Khan Younis, Gaza, para pekerja kemanusiaan UNRWA menyelenggarakan kegiatan rekreasional dan dukungan psikososial bagi anak-anak, serta lokakarya peningkatan kesadaran bagi orang tua tentang cara mendukung anak di masa konflik. (Foto: UNRWA)

SinarHarapan.id – Di tengah meningkatnya konflik dan bencana di berbagai belahan dunia, pekerja kemanusiaan kerap menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan mereka yang terjebak. Namun, keberanian itu dibayar mahal.

Pada peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia 2025, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia menyerukan solidaritas global untuk melindungi para pekerja kemanusiaan dari ancaman kekerasan yang terus meningkat.

Mereka hadir di titik paling berbahaya: zona perang, kamp pengungsian, dan wilayah bencana. Pekerja kemanusiaan membawa makanan, obat, dan harapan. Namun, kini, mereka sendiri menjadi korban.

Hari Kemanusiaan Sedunia, yang diperingati setiap 19 Agustus, tahun ini diwarnai kabar muram. Sejak tahun lalu hingga pertengahan Agustus 2025, 844 pekerja kemanusiaan tewas akibat serangan bersenjata. Catatan itu menambah daftar panjang korban: tahun 2023 saja menjadi periode paling mematikan dengan 420 orang terbunuh, naik 169 persen dibanding 2022.

https://www.youtube.com/watch?v=yo6A0KdkTCw

“Pekerja kemanusiaan adalah garis hidup terakhir bagi lebih dari 300 juta orang yang terjebak konflik atau bencana. Namun, pendanaan untuk garis hidup ini kian menipis. Dan mereka yang menyalurkan bantuan semakin sering menjadi sasaran serangan,” ujar Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.

Ia menegaskan, hukum internasional telah mengatur dengan jelas bahwa pekerja kemanusiaan harus dihormati dan dilindungi. “Mereka tidak boleh dijadikan target serangan,” katanya.

Risiko yang Meningkat

Data menunjukkan situasi kian mengkhawatirkan. Tahun 2023 tercatat sebagai tahun paling mematikan bagi komunitas kemanusiaan, dengan 420 pekerja tewas akibat kekerasan. Angka ini melonjak 169 persen dibanding tahun sebelumnya. Hingga 17 Agustus 2025, jumlah korban jiwa sejak tahun lalu mencapai 844 orang.

“Normalisasi kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan tidak dapat diterima. Ini mengancam fondasi kerja kemanusiaan itu sendiri,” kata Kepala Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Indonesia, Thandie Mwape.

Ia menyebut Indonesia sebagai contoh negara yang relatif aman bagi pekerja kemanusiaan, sekaligus memiliki rekam jejak kuat dalam membela hak asasi manusia di forum global.

Gaza dan Sudan Jadi Episentrum

Dua wilayah paling berbahaya saat ini adalah Gaza serta Sudan dan Sudan Selatan. Di Gaza saja, lebih dari 250 pekerja kemanusiaan tewas sejak Oktober 2023. Konflik berkepanjangan di Sudan juga terus menambah daftar korban jiwa.

Situasi ini, menurut PBB, menegaskan urgensi memperkuat perlindungan bagi mereka yang bekerja di lapangan.

Kampanye Global dan Aksi Lokal

Untuk menandai Hari Kemanusiaan Sedunia, PBB meluncurkan kampanye digital global melalui tagar #ActForHumanity. Sebuah film pendek yang menuntut akuntabilitas para pemimpin dunia dirilis, diiringi dengan aktivasi media sosial yang menyoroti konsekuensi pelanggaran hukum humaniter.

Di Jakarta, PBB bersama berbagai organisasi kemanusiaan akan menggelar “Humanitarian Night” di Pos Bloc, Jakarta Pusat, pada 22 Agustus. Acara akan diisi pertunjukan budaya, talk show kemanusiaan, musik, hingga pameran karya organisasi kemanusiaan.

“Di dunia di mana prinsip kemanusiaan semakin terancam, semangat gotong royong Indonesia memberi harapan. Kemitraan antara pemerintah dan masyarakat sipil adalah jawaban lokal kita terhadap seruan global untuk #ActForHumanity,” kata Hassan Mohtashami, Perwakilan UNFPA di Indonesia.

Ia menambahkan, model kemitraan itu penting untuk memastikan perempuan dan anak perempuan berada di pusat pembangunan ketangguhan Indonesia.

Menggaungkan Nilai Kemanusiaan

Peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia bukan sekadar momentum mengenang pekerja kemanusiaan yang gugur, tetapi juga pengingat akan pentingnya membela nilai kemanusiaan, menegakkan keadilan, serta menjaga prinsip universal yang menjadi dasar kerja kemanusiaan.

Mereka yang menjaga sesama, kini justru membutuhkan perlindungan dunia.

 

Internasional

SinarHarapan.id – Pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya terhadap perlindungan hak anak dalam Dialog Konstruktif bersama Komite Hak Anak Perserikatan…