SinarHarapan.id – Konferensi Tingkat Menteri Asia-Pasifik tentang Tinjauan Beijing+30 berlangsung hari ini, dihadiri 1.200 delegasi dari berbagai sektor.
Dengan pnyelenggara Komisi Sosial Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (UN ESCAP) dan UN Women, konferensi menandai langkah penting menuju peringatan 30 tahun Deklarasi dan Platform Aksi Beijing pada 2025.
Kemajuan dan Tantangan
Dalam sambutannya, Sekretaris Eksekutif ESCAP Armida Salsiah Alisjahbana menyoroti kemajuan signifikan, seperti peningkatan angka anak perempuan bersekolah dan penurunan angka kematian ibu hingga sepertiga sejak tahun 2000.
Baca Juga: Prabowo dan Sekjen PBB Bahas Palestina dan Iklim
Namun, ia juga menegaskan perlunya perempuan menjadi pemimpin dalam isu aksi iklim dan transformasi digital.
“Kita harus memastikan perempuan memiliki alat dan sumber daya untuk memimpin, sehingga mereka tidak hanya berpartisipasi, tetapi juga mendorong solusi masa depan,” ujar Armida.
Meskipun ada pencapaian signifikan, norma sosial diskriminatif, kekerasan berbasis gender, dan kurangnya investasi untuk kesetaraan masih menjadi hambatan besar di kawasan Asia-Pasifik.
Peta Jalan Masa Depan
Konferensi ini juga meluncurkan laporan baru, Charting New Paths for Gender Equality and Empowerment. Laporan tersebut mengidentifikasi tiga prioritas utama.
Pertama, mengubah norma sosial diskriminatif. Kedua, memperkuat pengumpulan data berbasis gender. Ketiga, mendorong investasi dan kemitraan lintas sektoral.
Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous, menegaskan pentingnya momentum ini untuk mempercepat implementasi Platform Aksi Beijing. “Kita harus bertindak berani, mengatasi tantangan, dan membuka jalan bagi generasi mendatang,” ujarnya.
Dengan komitmen politik dan kolaborasi lintas sektor, konferensi menyerukan langkah tegas. Memastikan perempuan dan anak perempuan menjadi pusat transformasi sosial, ekonomi, dan politik di Asia-Pasifik