Ketua Pengprov TI Jateng, Alex Harijanto (Kiri) ketika bersua awak media di Senayan, Jakarta, Senin (18/4/2024) malam. (SH.ID/Nonnie Rering).

SinarHarapan.id – Jelang Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024, berbagai persiapan mulai dilakukan. Berbeda dengan KONI Jawa Tengah. Pengelolaan anggaran di KONI Jateng justru masih carut marut alias tak transparan. Hal ini disoroti beberapa pengurus cabang olahraga anggotanya. Salah satu Pengurus Cabang Olahraga Taekwondo (Pengprov TI Jateng) mengklaim pengelolaan anggaran tak transparan.

Itu dikemukakan langsung, Ketua Pengprov TI Jateng, Alex Harijanto ketika bersua awak media di Senayan, Jakarta, Senin (18/4/2024) malam. Menurut pria yang akrab disapa Master Alex itu, hingga saat ini masalah dana Pelatda dinilai tak transparan. Terkesan, KONI Jateng hanya melontarkan janji-janji belaka.

Bahkan, ia menekankan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Inspektorat Provinsi Jateng patut mengaudit ulang penggunaan dana hibah KONI Jateng 2023. Terutama dana yang disalurkan untuk cabang olahraga. Pasalnya dalam penyaluran dana ke cabor, KONI Jateng tak transparan.

“Model ini dilakukan KONI Jateng dalam penyaluran dana ke sejumlah cabor. Pengurus cabor tidak berani mengungkapkan masalah ini karena sebagian besar mereka masuk jajaran pengurus KONI Jateng,” ungkap Alex.

Menurutnya sistem penyaluran dana hibah ke cabor yang tidak transparan membuat prestasi Jateng merosot tajam pada PON Papua 2021.

Apalagi Alex mendapat informasi dari internal KONI Jateng bahwa dana hibah menyisakan hingga silpa Rp 5 miliar lebih dari dana hibah tahun lalu sebesar Rp 85 miliar.

“Kalau benar ada dana silpa, berarti manajemen keuangan di KONI Jateng untuk pembinaan olahraga sangat buruk. Kalau pengajuan kebutuhan pelatda kami dipenuhi tentu tidak terjadi silpa,” ujarnya.

Menurut Master Alex dana silpa ini akal-akalan pengurus KONI saja supaya bisa dimanfaatkan hal lain. Dia sangat kecewa lantaran cabor yang dibidaninya harus mengeluarkan anggaran sendiri untuk membiayai pemusatan latihan daerah (Pelatda). Tak tanggung-tanggung dana Rp1,2 miliar digelontorkan. Tapi, tak diganti penuh oleh KONI Jateng.

Ketua Pengprov TI Jateng, Alex Harijanto. (SH.ID/Nonnie Rering).

“KONI Jateng bilangnya mau diselesaikan, tapi sejauh ini cuma omongan saja, tidak terbukti,” tukas Alex Harijanto.

Ketika diajukan pengajuan penggantian anggaran, KONI Jateng menampik memenuhinya. Padahal RAB yang diminta KONI Jateng telah diberikan dan sesuai kebutuhan pelatda cabor taekwondo.

“Aneh kenapa harus ada dana silpa. Sementara kebutuhan cabor kami tak dipenuhi. Padahal taekwondo salah satu cabor utama Jateng. Walaupun cair, tidak seberapa jumlahnya, kebutuhan pembinaan jauh lebih besar,” kata Alex Harijanto.

Pria yang mengantar taekwondoin Indonesia meraih satu perak dan tiga perunggu di Olimpiade Barcelona 1992 itu makin kecewa ketika ujuk-ujuk dana silpa KONI Jateng digunakan untuk character building atlet dan pelatih Jawa Tengah PON XXI Aceh-Sumut.

Tercatat sekitar 500 atlet Pelatda Jateng dari 52 cabang olahraga mengikuti acara pembukaan di Lapangan Rindam IV/Diponegoro, Magelang, Selasa, 27 Februari 2024 lalu.

“Seharusnya dituntaskan dulu anggaran yang telah kami keluarkan sebelumnya. Character building pun tiap cabor berbeda tergantung tingkat kebutuhannya,” tukasnya.

Besar harapan termasuk mewakili cabang olahraga lain di dalam kepengurusan KONI Jateng, Alex menyebutkan, anggaran pembinaan mandiri dikeluarkan untuk Pelatda dan persiapan Pra PON 2024 diganti sesuai jumlah total pengeluaran biaya.

“Kami sejujurnya kecewa dengan kegagalan demi kegagalan dalam beberapa ajang sebelumnya, terutama PON Papua 2021. Tentu, tak ingin hasilnya mengecewakan lagi, jika dana pembinaan dikembalikan berani untuk Taekwondo target PON Aceh-Sumut, peringkat akhir 10 medali emas. Kita harapkan jajaran pengurus terbuka dan transparan dalam pengelolaan anggaran,” ucapnya. Bagaimana KONI Jateng?   (non)