SinarHarapan.id – PT Pertamina (Persero) meluncurkan dua inisiatif terintegrasi untuk menyerap emisi karbon melalui pemanfaatan potensi alam dan teknologi mutakhir.
Salah satu langkah strategisnya adalah pengembangan Bioenergy Combined with Carbon Capture and Storage (BECCS). Sebuah teknologi inovatif yang menggabungkan bioenergi dari sektor pertanian dan kehutanan dengan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dari sektor minyak dan gas.
Memanfaatkan Potensi Indonesia
SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, menjelaskan bahwa lebih dari 50% wilayah Indonesia masih tertutup hutan. Hal ini menjadi aset penting dalam penyerapan karbon alami melalui fotosintesis.
Selain itu, studi Pertamina menunjukkan kapasitas penyimpanan karbon di Indonesia mencapai 7 gigaton.
“BECCS memungkinkan kita menggabungkan manfaat dua bidang, yaitu bioenergi dari sektor pertanian dan kehutanan, serta CCS dari sektor minyak dan gas,” ujar Oki dalam sesi panel di Indonesia Pavilion, COP 29, Jumat (15/11).
Salah satu proyek percontohan BECCS dilakukan di Sumatera Selatan, yang memiliki hutan eucalyptus dan operasi minyak serta gas dalam jarak dekat.
Sebagai contoh, penangkapan dan penyimpanan emisi karbon dari industri pulp dan kertas sebesar 1 juta ton per tahun di reservoir Limau Field. Berjarak hanya 5 kilometer dari lokasi tersebut.
Baca Juga: Dirut Pertamina Ajak Manajemen dan Perwira Jadi Pejuang Energi
Pendekatan ini berpotensi menciptakan sistem karbon negatif, baik melalui penyerapan karbon oleh tanaman maupun penyimpanan di reservoir geologis.
Peluang Ekonomi dari Kredit Karbon
Metode BECCS tak hanya menurunkan emisi karbon, tetapi juga menciptakan kredit karbon. Hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk berperan dalam pasar karbon global.
“Namun, untuk mewujudkan teknologi ini, perlu kolaborasi yang kuat dalam pengembangan teknologi, regulasi, dan dukungan finansial,” tambah Oki, SVP Technology Innovation Pertamina.
Regulasi seperti Measurement, Reporting, and Verification (MRV) serta pengembangan pasar karbon menjadi kunci penting dalam menarik investasi ke sektor ini.
“Kombinasi bioenergi dan CCS dapat membantu Indonesia mencapai target Enhanced NDC, yakni pengurangan emisi 32%, sekaligus memenuhi sepertiga kebutuhan energi nasional dari sumber terbarukan,” jelasnya.
Dukungan untuk Transisi Energi
PT Pertamina terus mendorong implementasi BECCS dengan memanfaatkan modal, infrastruktur, teknologi, dan regulasi yang mendukung.
Upaya ini merupakan bagian dari komitmen Pertamina untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060 serta mendukung Sustainable Development Goals (SDGs).
“Sinergi bioenergi dan CCS adalah solusi unik bagi transisi energi dan aksi iklim Indonesia. Kami yakin dengan pendekatan yang tepat, BECCS akan menjadi terobosan besar dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,” tutup Oki.