SinarHarapan.id-Sebagai awal 2025, PMI Manufaktur Indonesia naik ke 51,9, lebih tinggi dari 51,2 di Desember 2024.
Selain itu, ekspansi ini mencapai titik tertinggi sejak Juni 2024, menunjukkan peningkatan dalam produksi dan pesanan baru.
Lebih lanjut, permintaan dalam negeri serta ekspor turut berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor manufaktur di Indonesia.
Menurut Febrio Kacaribu, Pemerintah akan terus mendukung industri dengan kebijakan yang mendorong sektor riil.
Industri semakin optimis karena konsumsi masyarakat dan aktivitas bisnis terus meningkat sejak akhir tahun lalu.
Pada Desember 2024, indeks penjualan riil tumbuh 1,0% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan daya beli masyarakat tetap kuat.
Di sisi lain, indeks keyakinan konsumen mencapai 127,7, meningkat dari bulan sebelumnya yang berada di angka 125,9.
Selain itu, konsumsi listrik sektor industri tumbuh 4,3% secara tahunan, naik signifikan dari 1,5% pada bulan sebelumnya.
Permintaan yang meningkat mendorong perusahaan menambah tenaga kerja dan meningkatkan stok bahan baku untuk mengantisipasi lonjakan penjualan.
Di kancah global, manufaktur India (58,0), Amerika Serikat (50,1), dan Tiongkok (50,1) menunjukkan ekspansi ekonomi.
Sebaliknya, beberapa negara ASEAN masih mengalami kontraksi, seperti Thailand (49,6), Vietnam (48,9), dan Malaysia (48,7).
Inflasi Januari 2025 menurun menjadi 0,76% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan 1,57% pada Desember 2024.
Program diskon tarif listrik sebesar 50% membantu menekan inflasi meskipun harga pangan naik akibat musim hujan.
Beberapa komoditas seperti unggas, cabai rawit, dan ikan segar mengalami kenaikan harga sehingga mempengaruhi inflasi.
Pemerintah tetap berupaya menjaga daya beli masyarakat dengan memperkuat kebijakan ketahanan pangan dan mengamankan cadangan pangan nasional.
Menjelang Ramadan dan Idul Fitri, strategi stabilisasi harga terus dilakukan untuk mengantisipasi potensi lonjakan inflasi.(Infopublik/IS)