Pemerintah Indonesia memiliki target bauran energi terbarukan sebesar 23% di tahun 2025 serta nol emisi karbon di tahun 2060. Dengan potensi posisi Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa, energi surya menjadi salah satu energi terbarukan yang paling memungkinkan dipasang dengan cepat dan mudah hingga skala residensial. Sebagai salah satu jenis energi terbarukan, minat akan pemanfaatan PLTS saat ini terlihat terus bertumbuh, terlepas dari tanggung jawab pengguna terhadap lingkungan, pemakaian PLTS ini mampu memberikan penghematan biaya operasional listrik kepada tiap pengguna bergantung pada kapasitas yang digunakan. Pengembangan teknologi pada sistem energi surya yang berbasis teknologi IoT membuat para pelanggan dapat memonitor dari jarak jauh performa sistem yang dipasang di masing-masing bangunan.

Terlepas dari faktor ekonomis yang bisa didapatkan oleh para pelanggan sistem PLTS, SUN melihat dampak lingkungan dan sosial yang meningkat dari pemanfaatan energi surya ini seperti potensi pengurangan emisi karbon hingga terbukanya lapangan kerja hijau. Kedepannya, SUN Energy berharap dapat mengakselerasi proses transisi energi di Indonesia dengan sistem dan teknologi yang mutakhir.  “Pengembangan teknologi pada sistem energi surya yang berbasis teknologi IoT membuat para pelanggan dapat memonitor dari jarak jauh performa sistem yang dipasang di masing-masing bangunan,” kata Anggita Pradipta, Group Head of Marketing SUN Energy pada SUN Group Media Luncheon, Senin (28/11/2022).

Berdiri sejak enam tahun yang lalu, SUN Energy mengawali bisnis di Indonesia dengan melistriki daerah terpencil menggunakan energi terbarukan dengan sistem off-grid. Agar bisnis terus berkembang secara berkelanjutan, SUN Energy menawarkan solusi sistem energi surya terintegrasi bagi pelanggan di sektor komersial dan industri di Indonesia. Melihat kapabilitas perusahaan serta potensi energi surya di negara lain, SUN Energy melebarkan sayap hingga kawasan Asia-Pasifik, seperti Australia, Thailand, dan Taiwan.

“Hingga saat ini, SUN Energy mengamankan proyek hingga 280 MWp dan menjadi satu-satunya pemain industri energi surya Indonesia yang go internasional,” kata Anggita.

Lebih dari 100 pelanggan SUN Energy dari berbagai sektor, mulai dari sektor pendidikan (Institut Teknologi Sumatra, Institut Teknologi Malang, Universitas HKBP Malang, Universitas Negeri Manado, Universitas Tanjungpura Pontianak, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Bandung), sektor komersial (QBIG Mall BSD, Shell, sektor industri (Astra Honda Motor, Astra Daihatsu Motor, Widodo Makmur Perkasa, Djarum, Sidomuncul, KIA Ceramic), hingga sektor pertambangan (Berau Coal, Sinar Mas Mining) dan beberapa sektor penting lainnya.

“Melalui energy monitoring room SUN Energy yang berada di Jakarta dan terbuka untuk umum, kita bisa melihat seluruh performa sistem PLTS yang tersebar di berbagai negara. Model bisnis SUN Energy memungkinkan para pelanggan untuk memiliki sistem energi surya tanpa biaya, mulai dari survey, analisa struktur, pembelian material, instalasi, perizinan, hingga pemeliharaan. Dengan model bisnis ini, para pelanggan memiliki peluang optimasi biaya operasional hingga 30% setiap bulannya,” ujarnya.

Mendukung target pemerintah untuk meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 23% pada tahun 2025, SUN mengembangkan unit bisnis baru yang berfokus pada sektor residensial, sosial, dan komersial skala menengah, yaitu SUNterra. Berbasis teknologi, SUNterra mengembangkan fitur aplikasi yang memungkinkan masyarakat untuk menghitung potensi sistem PLTS (pembangkit listrik tenaga surya) di atap rumah serta potensi penghematan yang bisa didapatkan setiap bulannya.

“Melalui aplikasi SUNterra yang bisa diunduh di Google Play Store dan App Store, para pelanggan juga bisa memonitor performa sistem energi surya yang dipasang di atapnya. Sejak berdiri akhir tahun 2020, SUNterra telah mencatatkan proyek hingga 2,5 MWp. Seperti SUN Energy, SUNterra juga hadir memberikan pelayanan end-to-end yang juga didukung dengan kehadiran teknologi untuk menyempurnakan pelayanannya,” kata Oky Gunawan, Chief of Sales SUN Energy.

Para pelanggan SUNterra terdiri dari pelanggan residensial, ruko, sekolah, gudang, dan gedung perkantoran seperti Alfamart, HSBC, Bussan Auto Finance, dan Kopi Kenangan. “Dari pemasangan sistem PLTS, para pelanggan bisa mendapatkan penghematan biaya listrik sekitar 30-60% setiap bulannya, tergantung dari kapasitas sistem PLTS yang dipasang serta konsumsi listrik rata-rata harian. Sejak awal November 2022, SUNterra menawarkan program berlangganan bagi pelanggan dengan biaya yang sangat terjangkau, mulai dari Rp200.000,” ungkap Oky.

Unit bisnis Grup SUN mengembangkan ekosistem infrastruktur kendaraan listrik berbasis teknologi SUN Mobility. Melalui aplikasi OtoPods, SUN Mobility menyediakan Charging Station kendaraan listrik dengan layanan aplikasi yang dapat mempermudah pengguna untuk melakukan pengisian daya kendaraan listriknya. Para pengguna kendaraan listrik roda empat cukup mengunduh aplikasi yang tersedia di Google Play Store dan App Store untuk mengisi daya.

Hingga saat ini OtoPods telah beroperasi di kawasan Jakarta dan Tangerang seperti Mall Ashta, Mall QBIG, D’Breeze, dan gedung perkantoran Sinar Mas Land Thamrin. SUN Mobility terus berupaya untuk memperluas layanan operasinya di kawasan-kawasan publik seiring dengan pertumbuhan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia.

Di akhir bulan Oktober 2022, SUN Group menginisiasi program Green Future Festival,bsebuah program yang ditujukan kepada masyarakat umum dalam bentuk kegiatan edukasi mengenai lingkungan hidup. Sekitar lebih dari 3.000 orang memadati Hutan Kota GBK dan teredukasi mengenai energi terbarukan, khususnya sistem energi surya.