Internasional

SARI, Inovasi AI untuk Lindungi Perempuan Migran

×

SARI, Inovasi AI untuk Lindungi Perempuan Migran

Sebarkan artikel ini

Tepat di peringatan Hari Kartini, 21 April 2025, Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan UN Women memperkenalkan sebuah terobosan baru: chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) yang diberi nama SARI — Sahabat Artifisial Migran Indonesia

Seremoni peluncuran Chatbot AI SARI oleh Andy Rachmianto, Plt. Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler, Kementerian Luar Negeri dan Dwi Yuliawati, Head of Programmes, UN Women Indonesia.

SinarHarapan.id – Tepat di peringatan Hari Kartini, 21 April 2025, Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan UN Women memperkenalkan sebuah terobosan baru. Chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama SARI — Sahabat Artifisial Migran Indonesia. Kehadiran SARI terungkap dalam Dialog Publik bertajuk “Teknologi Digital dan Wajah Pelindungan Perempuan Pekerja Migran Indonesia”.

Dialog ini menjadi ruang diskusi terbuka mengenai bagaimana teknologi, khususnya AI, bisa bermanfaat untuk memperkuat perlindungan bagi perempuan pekerja migran Indonesia . Yang kerap menghadapi risiko kekerasan dan eksploitasi di luar negeri.

Kehadiran SARI bukan sekadar peluncuran teknologi, tetapi simbol komitmen nyata negara dalam menghadirkan perlindungan yang adaptif dan inklusif.

Baca Juga: UN Women dan Srikandi BUMN Perkuat Kesetaraan Gender

SARI, Teman Digital Ramah Perempuan

SARI hadir sebagai fitur dalam aplikasi Safe Travel, sebuah aplikasi resmi dari Kementerian Luar Negeri yang menyediakan informasi praktis untuk WNI di luar negeri. Di rancang khusus dengan pendekatan ramah perempuan. Chatbot ini menjawab kebutuhan akan akses informasi dan bantuan yang cepat, empatik, dan berbasis data yang kredibel.

Inisiatif bermula dari kenyataan bahwa banyak perempuan migran mengalami kekerasan dan kesulitan melapor. Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2023 mencatat 321 kasus kekerasan terhadap perempuan pekerja migran. Namun jumlah riil di yakini jauh lebih tinggi. Banyak korban enggan melapor karena stigma, ketakutan, dan terbatasnya akses pada dukungan.

Di sinilah SARI mengambil peran. Melalui respons percakapan yang empatik dan tanpa prasangka, SARI membantu pengguna memahami hak-haknya, mencari bantuan. Atau bahkan sekadar mendapatkan informasi terpercaya seputar migrasi. Tidak seperti mesin pencari biasa, SARI hadir sebagai teman virtual yang siap siaga 24/7.

Proses Partisipatif dan Desain Inklusif

Yang menarik, pengembangan SARI tidak dilakukan sepihak. Chatbot ini divbangun melalui proses partisipatif yang melibatkan berbagai pihak. Antara lain, komunitas perempuan pekerja migran, organisasi masyarakat sipil, penyedia layanan kekerasan berbasis gender, serta kelompok anak muda.

Proses ini menggunakan pendekatan human-centered design, yang memastikan setiap fitur benar-benar menjawab kebutuhan nyata di lapangan. Bahkan, data yang digunakan untuk melatih SARI disusun agar bebas dari bias gender dan mendukung percakapan yang inklusif serta tidak menghakimi.

Kolaborasi Multisektor dan Dukungan Global

Pengembangan SARI juga mendapat dukungan dari Migration Multi-Partner Trust Fund (MMPTF), sebuah kolaborasi internasional yang mendorong migrasi aman, tertib, dan manusiawi. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa isu pelindungan perempuan migran menjadi perhatian global, dan bahwa teknologi dapat menjadi jembatan antar negara, sektor, dan komunitas.

Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kementerian Luar Negeri, Andy Rachmianto, menegaskan bahwa transformasi digital harus di manfaatkan untuk menghadirkan negara dalam genggaman warganya. “Kami ingin berada di garis depan revolusi layanan publik. AI seperti SARI adalah langkah strategis untuk menjawab tantangan zaman,” ujar Andy dalam sambutannya.

Hal senada juga disampaikan oleh Dwi Yuliawati, Kepala Program UN Women Indonesia. Ia menekankan pentingnya penggunaan AI yang etis, bebas dari bias, dan bertujuan memperkuat ketahanan perempuan. “Kami percaya, teknologi yang inklusif dapat mentransformasi kehidupan perempuan migran menjadi lebih aman dan kuat,” ujarnya.

Ruang Dialog dan Kolaborasi Berkelanjutan

Dialog publik ini juga menghadirkan tokoh-tokoh penting seperti Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Christina Aryani; Direktur Pelindungan WNI, Judha Nugraha; Praktisi Teknologi Informasi, Nenden Sekar Arum; dan Koordinator Advokasi Serikat Buruh Migran Indonesia, Yunita Rohani. Diskusi berlangsung dinamis, membahas peluang dan tantangan pelindungan berbasis teknologi di tengah mobilitas global yang semakin kompleks.

Hadir berbagai pemangku kepentingan—dari kementerian, akademisi, hingga organisasi masyarakat sipil. Semua pihak sepakat bahwa SARI adalah langkah maju. Perlu terus di kembangkan dan di dukung agar benar-benar menjangkau mereka yang paling membutuhkan.