SinarHarapan.id – Ratusan Mahasiswa yang tergabung dalam Solidaritas Mahasiswa Untuk Rakyat Palestina (SMURP) mendeklarasikan upaya gerakan kebangkitan produk-produk nasional dengan mengganti penggunaan produk-produk terafiliasi Israel. SMURP meyakini kualitas produk-produk nasional sudah mampu bersaing dengan produk-produk terafiliasi Israel.

“Momentum hari kebangkitan nasional ini harus jadi momentum kebangkitan produk nasional. Kami pun meyakini upaya kebangkitan produk nasional ini bisa dimulai dengan mengganti produk-produk terafiliasi Israel atau produk-produk genosida,” ujar Koordinator Nasional SMURP, Imam Budi Mansyur dalam orasinya di depan Istana Negara, Senin (20/5) siang.

Berdasarkan riset dari Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI), ada 10 produk terafiliasi Israel yang menjadi prioritas boikot yang dapat dilakukan oleh umat muslim se-Indonesia. Antara lain Starbucks, Danone AQUA, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonalds, Mondelez, Burger King dan kurma Israel. “Saya yakin semua orang menyadari bahwa banyak produk nasional kita yang berkualitas dan mampu bersaing dengan produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Kita memiliki Rocket Chicken sebagai pengganti KFC dan McDonald’s, Janji Jiwa sebagai alternatif Starbucks, serta Le Minerale dan RON 88 sebagai substitusi Aqua. Ini dapat dijadikan referensi dan model bagi kebangkitan produk-produk nasional,” tegas Imam.

Imam pun menegaskan semangat penggantian atau peralihan produk ini juga dipicu solidaritas terhadap keadaan masyarakat Palestina yang terus menjadi korban kejahatan Israel. Menurutnya, selain sebagai negara yang memiliki hubungan sejarah yang kuat, kewajiban konstitusionalitas memang mengharuskan Indonesia melakukan pembelaan terhadap Palestina. Salah satunya, ungkap dia, dengan ikut melakukan aksi boikot produk terafiliasi Israel dan mengalihkannya kepada produk-produk nasional.

“Semangat Kebangkitan Produk Nasional ini juga dilatari kejahatan genosida yang terjadi di Palestina. Semangat ini akhirnya dapat diarahkan untuk mendorong peralihan atau penggantian penggunaan produk yang terafiliasi dengan Israel ke produk-produk nasional buatan dalam negeri,” ujarnya.
Tak ayal, Imam pun yakin dalam skala yang semakin besar, penggantian penggunaan produk-produk terafiliasi Israel ini akan mampu mengurangi importasi dan ketergantungan terhadap produk-produk luar negeri. Mantan aktivis HMI ini percaya bahwa era kebangkitan produk nasional Indonesia tinggal selangkah lagi.

“Motivasi kita tentu ingin mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri yang terafiliasi dengan Israel. Apalagi selama kurun waktu 6 bulan terakhir ini, (merujuk data) tekanan terhadap penggunaan produk-produk pendukung Genosida itu memang besar sekali. Ini semestinya bisa menjadi momentum besar untuk mendorong kebangkitan produk nasional,” ungkap dia.

Imam mengaku SMURP sedang merancang model advokasi isu-isu Palestina seperti yang tengah semarak berlangsung di luar negeri. Misalnya dengan membuat Palestine Solidarity Camp untuk mengkonsolidasikan kekuatan kelompok Mahasiswa yang bersolidaritas pada persoalan Palestina. SMURP menuntut Pemerintah Indonesia membuat aksi konkret untuk menghentikan kejahatan Israel dan mewujudkan perdamaian di Timur Tengah.

“SMURP ingin berfokus pada konsolidasi Mahasiswa dan akademisi pro Palestina. Kurang lebih sudah ada 10 kampus di Jakarta yang menyatakan diri ingin bergabung dalam Palestine Solidarity Camp. SMURP ingin menjadi bagian dari gelombang protes global untuk perjuangan Palestina,” ujar dia.