SinarHarapan.id – Bursa AS Wall Street pada perdagangan Senin (26/9/2022) berada di zona merah karena kenaikan suku bunga dan gejolak mata uang global. S&P 500 mencatat penutupan terendah baru untuk 2022 dan Dow Jones Industrial Average tergelincir ke pasar bearish (pelemahan).
Pelemahan Dow Jones turun 329,60 poin, atau 1,11%, menjadi 29.260,81, mempercepat pelemahan di saat-saat terakhir perdagangan. Indeks Dowe Jones yang merupakan kumpulan 30 saham unggulan ini turun sekitar 20,4% dari penutupan tertinggi 4 Januari. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,6% menjadi 10.802,92.
S&P 500 turun 1,03% menjadi 3,655,04, jatuh di bawah penutupan terendah Juni 3,666,77. S&P 500 sempat merosot ke 3.644,76, kurang dari delapan poin dari level terendah intraday 2022 S&P 500 yakni 3.636,87.
Kenaikan agresif Federal Reserve the Fed, ditambah dengan pemotongan pajak Inggris yang diumumkan minggu lalu telah menyebabkan dolar AS menguat. Euro mencapai level terendah terhadap dolar sejak 2002. Penguatan dolar dapat merugikan keuntungan perusahaan multinasional AS dan mendatangkan malapetaka pada perdagangan global, karena banyak ditransaksikan dalam dolar.
Sementara pound sterling Inggris turun ke rekor terendah pada Senin terhadap dolar AS. Pound jatuh 4% pada satu titik ke level terendah sepanjang masa di $ 1,0382. Pound sejak itu turun dari level terburuknya karena spekulasi bahwa Bank of England akan menaikkan suku bunga lebih agresif untuk menekan inflasi.
Imbal hasil obligasi melonjak pada Senin, dengan imbal hasil Treasury 10-tahun capai 3,9%, atau level tertinggi sejak 2010. Imbal hasil juga melonjak pada Treasury 2-tahun, yang sangat sensitif terhadap kebijakan Fed. (Red)