Network

Menuju Indonesia Cerdas, Warga Surabaya Berani Lawan Hoaks

×

Menuju Indonesia Cerdas, Warga Surabaya Berani Lawan Hoaks

Sebarkan artikel ini

SinarHarapan.id – Transformasi digital membawa arus informasi yang begitu cepat sehingga terdapat celah untuk masuknya konten negatif seperti informasi palsu atau hoaks.

Untuk melawan hal tersebut, Komunitas Kiprah Arek Suroboyo (KKAS) mengajak masyarakat Surabaya untuk berani melawan hoax dalam menuju Indonesia Cerdas dengan menerapkan sikap cerdas agar tidak mudah terprovokasi dengan isu hoax yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

“Di zaman modern sekarang supaya kita tidak gampang terprovokasi dengan isu-isu hoax manapun yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Kita sebagai masyarakat Indonesia khususnya di Surabaya agar kita bisa bersikap cerdas dengan bisa memahami apa yang dimaksud dengan berita hoax itu seperti apa, serta dampak dan resikonya untuk kita semua,” ucap Ketua Koordinator Lapangan Gus Firman yang biasa dipanggil Gus Man dalam sambutannya pada acara Seminar Literasi Digital di Kazza Mall, Lantai 2 Ballroom, Surabaya, dalam rilis yang diterima redaksi, Kamis, 7 Desember 2023.

Menurut Gus Man, sikap cerdas dalam menggunakan media sosial sangatlah penting agar masyarakat bisa menangkal dalam menanggapi isu-isu berita. Ia juga mengingatkan bahayanya jika masyarakat tidak cerdas dan ikut menyebarkan berita yang belum pasti kebenarannya karena dapat terjerat UU ITE.

“Masyarakat harus lebih cerdas menangkal dalam menanggapi isu-isu berita, dan tidak langsung mempercayainya. Dikarenakan semisal kita tidak cerdas dan ikut menyebarkan pemberitaan tersebut akibatnya kita bisa di penjara karena terkena UU ITE. Jadi Masyarakat disini bisa berani melawan terkait pemberitaan hoax,” tambahnya.

Di waktu yang sama, aktivis kota Surabaya Ning Diana menjelaskan bahwa melawan hoaks harus dimulai dari diri sendiri. Selain dari pemerintah, diperlukan sikap yang cerdas dari diri sendiri untuk berani menolak hoax dan menjadi pengaruh yang baik di lingkungan sosial.

“Melawan hoaks dimulai dari diri kita sendiri, pemerintah sudah berusaha memfilter hoax. Tapi melalui diri kita juga harus berani berkata tidak terhadap hoaks dan selalu tularkan kita utk menjadi good influencer,” ucap Ning Diana.
Ning Diana juga menambahkan bahwa susah untuk melarang orang tidak menyebarkan berita hoaks. Melawan berita hoaks harus berani dan didasari dari moral akan kepedulian untuk menyelamatkan banyak orang agar tidak termakan isu hoax yaitu dengan cara membuat antitesa untuk melawan berita-berita hoaks.

“Kita tidak bisa melarang orang untuk tidak menyebarkan hoaks itu. Tapi kita punya tugas secara moral harus berani, untuk membuat konten antitesa yang melawan berita-berita hoax. Kebalikan dari penyebar hoaks ya antitesa itu. Jadi dengan begitu kita sudah menyelamatkan orang-orang yang tersesat dari sebuah berita hoaks,” ungkapnya.

Ning Diana juga menegaskan bahwa menjadi orang yang cerdas adalah sebuah kewajiban di era informasi saat ini. Ketika seseorang dalam menanggapi suatu berita tidak boleh didasari emosi. Melainkan harus menggunakan logika, dan memilah semua informasi yang didapat.

“Jadi menjadi cerdas itu wajib, jangan sampai emosi kita mengalahkan logika kita. Jadi harus bisa cerdas dimana bisa memilih dan memilah informasi. Menciptakan manusia cerdas, kita harus dari diri kita dulu. Memilih dan memilah semua informasi, dan kita harus bisa lebih cerdas dari mereka,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama Nabilah, selaku salah satu narasumber yang pernah menjadi delegasi KKN Internasional Malaysia juga memaparkan masyarakat harus fasih terhadap teknologi. Masyarakat yang paham akan teknologi juga merupakan salah satu sikap yang cerdas untuk bisa melawan hoaks.

“Kita juga harus fasih teknologi, jangan mau diperbudak dengan teknologi. Belajar teknologi itu juga merupakan upaya cerdas untuk melawan hoaks,” ucapnya.

Ia juga menghimbau untuk masyarakat bahwa kunci cerdas untuk melawan hoax adalah tidak boleh malas dalam membaca berita. Masyarakat harus memiliki sikap yang kritis dan mempertanyakan akan kebenaran suatu berita dengan mencari faktanya.

“Malas membaca dan hanya langsung klik-klik adalah perilaku yang harus ditinggalkan. Selalu budayakan membaca dan cari faktanya. Berpikir kritis untuk selalu mempertanyakan adalah kunci cerdas dalam menanggapi berita hoax yang marak terjadi,” jelasnya.

Tidak kalah semangat, Prof. Dr. Soetanto yang juga selaku budayawan dan pakar hukum, menambahkan bahwa masyarakat milenial itu bukan ditentukan dari faktor biologis dan umurnya, melainkan dari kecerdasannya. Masyarakat harus kreatif dan berpikir kritis untuk tidak langsung percaya dan selalu mencari pembanding untuk bisa membedakan berita tersebut hoaks atau bukan.

“Perlu digarisbawahi milenial itu bukan biologis, bukan umur, tapi adalah kecerdasan. Kita disusupi sesuatu yg tidak jelas maka cara menanggapinya adalah kita harus bisa bertindak cerdas, kreatif dan critical thinking. Jadi harus selalu mencari dan mencari dan membandingkan dengan situs-situs yang lainnya. Jadi wajib berpikir kritis jangan langsung percaya akan satu portal berita,” ungkapnya.

Prof Dr. Soetanto juga menegaskan bahwa perilaku sanksi UU ITE itu sangatlah berat. Masyarakat tidak boleh langsung mengasumsikan suatu berita tanpa mengecek keasliannya dikarenakan jika ikut menyebarkan berita yang ternyata hoaks, maka akan mendapat sanksi yang berat dari UU ITE tersebut.

“Stop dalam berasumsi langsung tanpa mengecek, kita baru menyadari bahwa perilaku dan tingkah laku kita mulai di lihat. Dengan munculnya UU ITE ini, kita tidak boleh langsung mengasumsikan dan menyebarkan tanpa mengecek lagi keaslian berita tersebut. Dikarenakan sanksi atau hukuman UU ITE itu keras sekali,” ujarnya.

“Buka Pasal 27 UU ITE, ada macam-macam. Saya ingin anda untuk terus membaca dan membaca tentang hukum, norma dan perilaku. Ketika kita paham akan norma dan perilaku yang baik di media sosial, maka disitu kita bisa dikatakan sebagai orang yang cerdas,” jelasnya.

Sebagai informasi, kegiatan Seminar Literasi Digital dengan tema “Menciptakan Masyarakat Cerdas Dengan Berani Melawan Hoaks dan Isu Sara” merupakan rangkaian kegiatan program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo).

Kegiatan ini dihadiri sebanyak 133 peserta yang terdiri dari berbagai macam lapisan masyarakat di sekitar Kota Surabaya.