SinarHarapan.id – Setelah sukses besar dengan Kang Solah From Kang Mak X Nenek Gayung, Falcon Pictures kembali memperluas semesta horor Indonesia lewat film terbaru berjudul Shutter.
Film ini bukan sekadar kisah seram yang menegangkan, tapi juga menghadirkan pesan sosial yang relevan dan menyentuh realitas masa kini.
Frederica, Produser Falcon Pictures, menegaskan bahwa Shutter membawa dua lapisan pengalaman bagi penonton.“Di permukaannya ini adalah film horor mencekam. Tapi di balik itu, Shutter menyimpan pesan tentang keadilan dan keberanian untuk bersuara. Kami ingin penonton bukan hanya takut, tapi juga tersentuh dan berpikir.”jelasnya.
Disutradarai oleh Herwin Novianto, Shutter merupakan remake dari film legendaris Thailand karya Banjong Pisanthanakun, yang dikenal sebagai salah satu film horor Asia terbaik sepanjang masa. Versi Indonesia ini menggabungkan teror psikologis, unsur supranatural, dan isu sosial, menjadikannya lebih dari sekadar film horor tetapi juga medium refleksi tentang keadilan dan trauma.
“Saya ingin membuat horor yang punya jiwa. Rasa takut dalam Shutter bukan hanya datang dari hantu, tapi dari kenyataan pahit yang sering diabaikan. Bayangan dalam film ini adalah metafora bagi trauma dan kebenaran yang ditekan.”ungkap sang Sutradara.
Sementara pemeran utama Vino G. Bastian mengaku peran Darwin sangat mengguncang dirinya secara emosional. “Darwin ini karakter yang hidup dalam kebohongan. Ketika rahasia masa lalunya terungkap, penonton akan sadar bahwa teror terbesar justru datang dari rasa bersalah. Main di film ini seperti masuk ke dunia gelap yang juga merefleksikan banyak realitas sosial kita.”ujarnya.

Anya Geraldine mengungkapkan tokoh yang ia perankan dalam film ini.
“Pia adalah karakter yang berani. Dia mewakili suara perempuan yang tidak tinggal diam saat menghadapi ketidakadilan. Di film ini, aku merasa Pia bukan hanya kekasih Darwin, tapi juga simbol kekuatan dan empati. Buat aku pribadi, pesan film ini penting banget tentang bagaimana kampus, atau ruang mana pun, seharusnya aman buat semua orang. #SafespaceForAll,” terangnya.
Kisah Shutter berpusat pada Darwin, seorang fotografer muda yang hidupnya berubah setelah kecelakaan tragis bersama kekasihnya Pia. Malam itu, di jalan yang sepi, mereka menabrak seorang wanita misterius peristiwa yang kemudian menjadi awal dari mimpi buruk tanpa akhir. Tak lama setelah kejadian itu, Darwin mulai melihat bayangan ganjil di setiap hasil fotonya. Sosok perempuan yang sama terus muncul, menatap dari balik kegelapan. Seiring waktu, Pia menemukan fakta bahwa sosok tersebut bukan sekadar roh penasaran, melainkan korban dari sebuah kejahatan masa lalu yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan di lingkungan kampus.
Penelusuran Pia membuka rahasia kelam yang selama ini disembunyikan Darwin kisah tentang pelecehan seksual di kampus, ketidaksetaraan gender, dan lemahnya mekanisme pelaporan yang membuat banyak korban bungkam. Teror yang mereka alami bukan hanya datang dari dunia gaib, tapi juga dari rasa bersalah dan ketidakadilan yang belum ditegakkan.
Shutter tidak hanya menghadirkan kengerian visual dan emosional, tapi juga membawa pesan penting agar kampus menjadi tempat yang aman bagi seluruh civitas akademika. Melalui kampanye #SafespaceForAll, film ini ingin mengingatkan publik bahwa pelecehan seksual bukan sekadar isu personal, tetapi masalah sistemik yang perlu dihadapi bersama.

Atmosfer mencekam Shutter juga diperkuat lewat lagu tema “Di Batas Malam” yang dinyanyikan Danilla Riyadi dan diciptakan Mondo Gascaro. Lagu ini menjadi elemen emosional yang mengikat kisah dan menghadirkan keindahan di balik kengerian.
Film yang dibintangi oleh Vino G Bastian, Anya Geraldine, Niken Anjani, Rangga Nattra, Dewi Gita, Michelle Tahalea, Angie Ang, dan Nugie ini, akan menebar terror keseluruh bioskop Indonesia mulai tanggal 30 Oktober 2025.

