SinarHarapan.id – Cinta dan pengalaman dalam dunia baking yang terisi di dapur rumahnya menjadi fondasi utama terciptanya rasa yang istimewa. Pada awalnya, bronis tersebut hanya menjadi sajian istimewa di meja makan keluarga, namun perlahan aroma manis dari kue cokelat ini mulai menyebar ke rumah-rumah tetangga yang tertarik dan penasaran.
Bermula pada tahun 2016, Trisno, sang pemilik UMKM Brounis Paris, tidak dapat menyangkal kelezatan kue bronis buatan sang istri. Usaha yang kemudian diberi nama Brounis Paris ini kian berkembang pesat di tahun 2020, saat pandemi melanda Indonesia.
Trisno melihat tantangan sebagai peluang dan mulai berinovasi untuk memperluas jangkauan bisnisnya. Tak hanya berfokus pada kualitas rasa yang sudah teruji, ia juga mulai memperkenalkan bronis dalam berbagai ukuran.
Di Jawa, misalnya, tradisi dan adat masih sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi ini sering kali terkait dengan siklus hidup manusia, bertujuan untuk menghormati, mensyukuri, dan memohon keselamatan kepada leluhur.
Salah satu tradisi yang masih kuat melekat di masyarakat Jawa adalah “ater-ater”. Tradisi ini, yang banyak ditemui di Jawa Tengah dan Jawa Timur, berasal dari kata Jawa “ater” yang berarti “antar”.
Ater-ater adalah tradisi membagikan makanan kepada tetangga, saudara, atau kerabat dekat sebagai bentuk kepedulian dan kerukunan sosial. Hal ini yang kemudian menjadi inspirsai dari Brounis Paris untuk mengembangkan segmen pasar ini.
Produk ini dirancang khusus agar lebih mudah dinikmati secara individu maupun untuk acara-acara, yang secara tidak langsung membantu bisnisnya tetap bertahan selama masa pandemi.
Selain harganya yang terjangkau, produk ini juga memiliki daya tahan yang luar biasa, dapat bertahan hingga 14 hari pada suhu ruang jauh lebih lama dibandingkan bronis pada umumnya.
Keunggulan ini membuatnya cocok untuk dijadikan oleh-oleh atau konsumsi pribadi, bahkan untuk pengiriman jarak jauh. Perjalanan Trisno dalam membesarkan Brounis Paris penuh dengan tantangan dan pembelajaran yang mendalam.
Pada tahun 2021, usaha kecil yang kini dikelola bersama tiga karyawan ini mulai mendapat perhatian lebih dari berbagai media karena kualitasnya yang tak tertandingi. Komposisi unik ini yang membuat bronis Trisno menjadi favorit banyak orang dan terus diminati di pasar.
Perjalanan Brounis Paris adalah bukti nyata bahwa inovasi, kualitas, dan cinta terhadap produk dapat membawa sebuah usaha lokal menuju kesuksesan, bahkan di tengah tantangan global seperti pandemi.
Dalam upaya meningkatkan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), ASTRA melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) terus melakukan berbagai inisiatif yang signifikan.
Sejak didirikan pada tahun 1980, YDBA telah menjadi salah satu lembaga terdepan di Indonesia yang berkomitmen untuk memberdayakan wirausahawan lokal agar lebih mandiri, tangguh, dan berkelanjutan.
Berbagai program pendampingan, pelatihan, serta akses terhadap teknologi dan pasar telah dirancang untuk memastikan UMKM binaan Astra mampu bersaing di pasar nasional bahkan internasional.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan digitalisasi, YDBA tidak hanya berfokus pada pembinaan teknis, tetapi juga membekali para pelaku UMKM dengan keterampilan manajerial yang mumpuni. Astra menyadari bahwa kemampuan teknis yang baik perlu diimbangi dengan pengelolaan bisnis yang efisien. (rht)