Network

Devi Safitri Tak Lupa Jasa Orang-Orang di Belakang Emas Pertamanya

×

Devi Safitri Tak Lupa Jasa Orang-Orang di Belakang Emas Pertamanya

Sebarkan artikel ini
Peraih Emas perdana Kalbar, Sertu Devi Safitri. (SH.ID/Nonnie Rering).

PON XXI Aceh-Sumut

SinarHarapan.id – Nama Devi Safitri kini makin dikenal di Pontianak atau nyaris seluruh wilayah Kalimantan Barat. Tak heran karena wanita berusia 27 tahun ini baru saja meraih medali emas nomor daeryun kelas 59-63 kilogram putri pada PON XXI 2024. Pencapaian ini membuatnya menjadi atlet pertama Kalbar yang menyumbang emas bagi daerahnya.

Pada partai final melawan Jenifer Priscila Mamoto di GOR KONI, Banda Aceh, Selasa (10/9/2024) Devi menang 13-10 atas lawan yang mengalahkannnya di Pra-PON.

Perjalanan hidup Devi ternyata tak mulus. Ia harus jatuh bangun bekerja keras setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Ia dan adiknya tinggal bersama kakek dan neneknya yang kehidupannya serba terbatas. Untung, ada pamannya yang membiayainya sekolah.

Ayahnya meninggal dunia saat ia kelas 2 SMA atau berusia 16 tahun pada 2013. Selang 100 hari, giliran ibunya berpulang. Dia pun ditakdirkan jadi yatim piatu.

Devi seperti diterjang badai. Tapi, dia tetap tangguh. Ia meyakini Tuhan tak pernah menguji melebihi kemampuan umatnya.

“Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan setelah beruntun orang tua saya meninggal dunia hanya berselang 100 hari,” kenang Devi.

Devi yang berasal dari keluarga tak mampu, melakoni pekerjaan apapun. Tanpa gengsi. Dia rela mengantre di POM bensin membawa dirijen untuk jualan bensin eceran.

Ia bekerja untuk seorang agen dengan imbalan Rp 60.000 per 100 liter bahan bakar yang terjual. Devi juga pernah nyambi sebagai kuli sindang mengangkut pasir.

“Paman membantu membiayai sekoah saya dan adik. Saya lakukan itu untuk membantu paman yang punya usaha angkutan pasir. Lumayan buat jajan,” tuturnya.

Di satu sisi, ia harus membagi waktu untuk latihan taekwondo, olahraga bela diri pertama yang ditekuni sebelum beralih ke hapkido pada 2016.

Lantaran DNA beladiri mengalir di tubuhnya, Devi sangat cepat menyerap materi pelatihan. Dari sanalah, kehidupannya berubah lebih baik.

Berkat ketekunannya, ia hanya butuh satu tahun untuk menggores prestasi di hapkido. Devi menjuarai kejuaraan nasional di Jogyakarta tahun 2017.

Sejurus kemudian ia tampil pada kejuaraan dunia di Korea Selatan 2018. Devi nyaris gagal terbang ke negeri ginseng, karena terbentur dana. Tapi, berkat dukungan orang di sekitarnya, ia akhirnya bisa beraga di kejuaraan dunia.

Berkat tekad dan kepercayaan dirinya, Devi akhirnya keluar sebagai juara kelas daeryun under 63 kilogram. Ia pun disambut pejabat Kabupaten Kubu Raya, Kalbar.

Atas prestasi itulah, kehidupannya berubah. Pangdam XII Tanjung Pura, Mayjend Ahmad Supriadi membuka pintu bagi Devi untuk mengikuti tes Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Ia pun dinyatakan lulus seleksi.

“Saya bisa seperti ini berkat orang-orang tercinta seperti Bupati dan Wakil Bupati Kubu Raya, Pangdam XII Tanjung Pura, Dinas Pariwisata dan Olahraga dan tentu pelatih saya, Nim Rusli. Saya tak akan melupakan jasa mereka,” tutur Sertu Devi Safitri.   (non)