SinarHarapan.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi (GNLD) berkolaborasi dalam penyelenggaraan “Workshop Literasi Digital” di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka. Kegiatan di Flores Timur dilaksanakan pada hari Senin, 19 September 2022, di Gelekat Nara Hotel Larantuka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sementara itu, Kegiatan di Sikka dilaksanakan pada hari Selasa, 20 September 2022, di Sikka Convention Center, Maumere, NTT.
Workshop ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Literasi Digital kepada lebih dari 400 orang peserta perwakilan masyarakat dan komunitas di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional Indonesia yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 disebutkan bahwa Indonesia masih berada dalam kategori “sedang” dengan angka 3.49 dari 5,00.
Dalam merespon hal tersebut, Kemenkominfo menyelenggarakan Pekan Literasi Digital dengan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Kegiatan di Larantuka dibuka dengan sambutan dari Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Flores Timur, Heronimus Lamawuran. Beliau mengajak masyarakat Larantuka untuk dapat menjaga privasinya di media sosial maupun platform digital lainnya.
“Coba adik-adik kirim di Facebook atau Whatsapp itu konten yang bermanfaat seperti cara membuat makanan yang adik-adik buat, jangan joget-joget tidak jelas. Membagikan konten positif dapat memberikan kebahagiaan dan ketenangan kepada teman ataupun keluarga kita sendiri yang melihat konten kita karena menambah pengetahuan mereka,” pungkasnya.
Tema workshop literasi digital di Kabupaten Flores Timur adalah “Produktif di Media Sosial dengan Aman, Beretika, dan Berbudaya”, dengan narasumber Fransiskus Padji Tukan seorang musisi dan kreator konten,
Maksimus Masan Kian sebagai tokoh pendidikan muda Larantuka, dan Khemal Andrias selaku pegiat literasi digital.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, Fransiskus Padji Tukan menyampaikan bahwa kita hidup di era digital dimana informasi bisa berbahaya jika tidak digunakan dengan baik.
“Realitas sekarang ini sedang tergantikan dengan siber. Media sosial terasa lebih nyata dibandingkan dengan orang yang sedang berada di depan kita. Kita merasa ketika kita mendapat informasi dari media sosial, itulah realitas. Hal ini bisa berbahaya ketika kita tidak melakukan cek fakta dahulu ketika mendapat informasi,” ucapnya.
Selanjutnya, Maksimus Masan Kian menyampaikan bahwa media sosial dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun banyak orang apabila digunakan secara baik dan beretika.
“Kecakapan digital yang bagus tidak terletak pada bagaimana kemampuan atau keterampilan seseorang mengoperasikan perangkat digital, tetapi bagaimana perilaku atau etika dalam menggunakan media dengan bertanggung jawab, bermanfaat, dan memberi makna untuk banyak orang,” tuturnya.
Sesi terakhir diisi oleh Khemal Andrias selaku pegiat literasi digital. Di sesi ini, Khemal menampilkan video ilustrasi mengenai kerentanan data pribadi untuk dibobol ketika pengguna lalai dalam membagikan kegiatannya di media sosial.
“Sebenarnya yang paling mungkin untuk melanggar data pribadi adalah diri kita sendiri. Oleh karena itu kita harus sangat hati-hati sebelum memposting kegiatan kita di media sosial. Bisa jadi orang yang tidak bertanggung jawab dapat menggunakan data pribadi kita untuk keuntungannya,” tuturnya.
Selain itu, Khemal juga mengajak peserta menggunakan tools untuk memeriksa data pribadi mereka apakah pernah digunakan orang lain atau tidak, serta membagikan tautan agar peserta dapat mengakses materi-materi mengenai keamanan digital.
Sementara itu, workshop yang diadakan di Sikka dibuka oleh Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo dalam sambutannya menuturkan bahwa di era keterbukaan informasi seperti saat ini. yang difokuskan adalah berkaitan dengan produk.
Semua sudah tersedia mulai dari cara pembuatan dan pemasaran, tinggal kemauan masyarakat untuk menghasilkannya atau tidak.
“Setiap orang harus punya produk, segala prosesnya penghasilannya bisa kita lihat di internet, oleh karena itu kita butuh literasi digital,” ucapnya.
Dengan tema yang sama, kegiatan workshop di Kabupaten Sikka diisi oleh narasumber narasumber lokal dan nasional, yaitu Handrianus Yovin Karwayu seorang influencer lokal, Dr. Gerry Gobang sebagai tokoh pendidikan Sikka, dan Khemal Andrias selaku pegiat literasi digital.
Handrianus Yovin Karwayu dalam paparannya mengingatkan bahwa media sosial bisa digunakan bukan hanya untuk bergaya atau membagikan hal-hal yang tidak baik, tetapi juga bisa digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.
“Kita menggunakan medsos itu jangan sampai menyebarkan hoaks, itu sama saja seperti tukang tipu. medsos bisa kita pakai untuk mem-branding apa saja, seperti personal branding, produk bahkan daerah kita,” katanya.
Selanjutnya Dr. Gerry Gobang menyampaikan bahwa batasan antara yang terang dan gelap di media sosial itu sangat tipis. Diperlukan etika dalam penggunaannya agar tidak terjebak dalam sisi gelapnya.
“Etika dalam bermedia sosial itu diperlukan agar kita dapat lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial,” ucapnya.
Sama seperti di Larantuka, Khemal Andrias mengajak masyarakat Sikka untuk menggunakan tools keamanan digital yang bisa diakses secara umum melalui s.id/jagaprivasi agar masyarakat Sikka dapat melacak apakah aktivitas mereka di internet sudah aman atau belum.
Untuk diketahui, Workshop Literasi Digital ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Adapun informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan dapat diakses melalui website info.literasidigital.id atau media sosial Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.