SinarHarapan.id – Pada September 2020, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama International Cooperation Center of the National Development and Reform Commission (NDRC), telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi Konservasi Tanaman Obat Tiongkok-Indonesia.
Salah satu aspek yang dibahas dalam MoU yang telah ditandatangani sebelumnya adalah pendirian Herbal Center dan pengembangan bidang pertanian melalui Taman Sains Teknologi Herbal Hortikultura (TSTH2) dan Food Estate di Sumatra Utara, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tengah. NDRC telah menunjuk Universitas Zhejiang sebagai mitra kerja sama dalam hal ini. “Universitas Zhejiang memiliki keunggulan dalam bidang pertanian dengan adanya universitas dan industri yang unggul. Oleh karena itu, kami berharap kerja sama ini dapat mendorong sektor terkait,” ungkap Menko Marves Luhut.
Saat ini, pemerintah sedang membangun berbagai fasilitas pendukung untuk TSTH2, seperti laboratorium penelitian pertanian dan tanaman obat, asrama, smart green house, dan peralatan laboratorium. IT Del, yang ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi, bekerja sama dengan Universitas Zhejiang dalam pengelolaan TSTH2. Selain itu, Pusat Asia Tenggara Tsinghua dari Universitas Tsinghua juga akan mendukung peningkatan kapasitas bagi para pelajar dan pendidik.
Dalam pertemuan ini, Menko Luhut meminta kepada Universitas Zhejiang dan NDRC untuk mengimplementasikan MoU yang ada dan segera melakukan langkah-langkah tindak lanjut. Beberapa perwakilan dari NDRC dan Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia telah mengunjungi TSTH2 yang terletak di Sumatra Utara dan berdiskusi dengan IT Del.
“Rencana penelitian telah dirumuskan dalam peta jalan. Proposalnya telah dibuat oleh IT Del bersama dengan universitas terkemuka di Indonesia dan beberapa instansi lainnya,” tutur Menko Marves Luhut.
Dalam proposal tersebut, Indonesia mengajukan penelitian lanjutan tentang pemuliaan genomik dan tanaman, terutama jernang (dragon blood), kunyit, dan kemenyan. Namun, pilihan komoditas dapat didiskusikan lebih lanjut antara kedua belah pihak.
“Kami berharap penelitian ini akan menghasilkan hal-hal yang konkrit dan Presiden RI Joko Widodo dapat menandatangani nota kesepakatan di kunjungannya tahun ini,” harap Menko Marves Luhut.
Sebagai informasi, pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 2022 lalu, Indonesia dan Tiongkok juga telah menandatangani MoU Pembangunan Pusat Riset dan Inovasi Konservasi Tanaman Obat China-Indonesia. MoU itu ditandatangani oleh Kemenko Marves dan NDRC dan disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping. SHID/El/InfoPublik.id