Network

Pahami Literasi Digital, ASN Diminta Cepat Respons Fenomena Digital  

×

Pahami Literasi Digital, ASN Diminta Cepat Respons Fenomena Digital  

Sebarkan artikel ini

SinarHarapan.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Dalam Negeri bekerja sama dalam menyelenggarakan kegiatan literasi digital sector pemerintahan untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) di Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan dilaksanakan secara hybrid di Swiss-Belhotel di kota Makassar pada 6 – 9 September 2022 dan melalui zoom meeting dengan dihadiri oleh 3.000 ASN Pemprov Sulawesi Selatan.

Dalam rangkaian kegiatan Literasi Digital Sektor Pemerintahan ini, turut diselenggarakan Kelas Literasi Digital yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman literasi digital bagi ASN di Indonesia.

Peningkatan pemahaman literasi digital ASN merupakan salah satu target nasional Kemenkominfo menuju transformasi digital di Indonesia.

Berdasarkan Survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo dan Katadata Insight Center pada tahun 2021 yang lalu, didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sebesar 3.49 dari 5.00. Berdasarkan skor tersebut, tingkat literasi digital di Indonesia berada dalam kategori “sedang”.

Kegiatan literasi digital merupakan salah satu inisiatif Kemenkominfo dalam mempercepat transformasi digital di lingkungan ASN menuju Indonesia #MakinCakapDigital.

Kegiatan dibuka oleh Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Dr. Tautoto Tanaranggina. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan Literasi Digital Sektor Pemerintahan. Perkembangan teknologi digital yang cepat juga berpengaruh terhadap profesi ASN.

Merespons hal tersebut, ASN perlu memahami literasi digital dengan baik dan benar sehingga dapat merespon kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi digital.

“Jangan sampai ada ASN yang gaptek di era serba digital karena ASN harus merespon cepat fenomena era digital sehingga tidak ketinggalan zaman. Hal ini juga sejalan dengan core value ASN Ber-AKHLAK,” katanya.

Direktur Pemberdayaan Informatika, Bonifasius Wahyu Pudjianto, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan hari ini merupakan kolaborasi antara BPSDM Kemendagri dan Direktorat Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo.

Kegiatan Literasi Digital ini merupakan agenda yang diselenggarakan dalam rangka meningkatkan kompetensi literasi digital ASN di lingkungan Sulawesi Selatan. Materi yang akan disampaikan berhubungan dengan empat pilar Literasi Digital yaitu Kemampuan Digital, Keamanan Digital, Budaya Digital, dan Etika Digital.

“Diharapkan Bapak dan Ibu dapat meningkatkan kecakapan dunia digital dan yang paling penting meningkatkan kewaspadaan terhadap penggunaan perangkat, sehingga dapat tercipta ASN Sulsel yang makin cakap digital,” tuturnya.

Sambutan dilanjutkan oleh Dian Ady Permana selaku Kapus IV BPSDM Kemendagri. Dian menyinggung mengenai Core Value ASN BerAKHLAK. Dalam core value tersebut terdapat nilai Kompeten dan Adaptif.

Oleh karena itu, diharapkan bahwa ASN Sulawesi Selatan dapat belajar untuk meningkatkan kompetensi teknologi digital. Beliau juga menyampaikan pesan dari Kepala BPSDM Kemendagri, Sugeng Hariyono, mengenai harapan bagi ASN Sulawesi Selatan untuk lebih banyak membaca informasi positif sehingga dapat menangkal informasi negatif menyambut pesta demokrasi tahun 2024 nanti.

“Kita akan melakukan pesta tersebut secara jujur dan adil. Bapak dan Ibu yang berada di garda terdepan dapat memberi kontribusi maksimal dengan memberi energi positif terhadap teman teman di sekitar Bapak dan Ibu sekalian,” katanya.

 

Kelas Literasi Digital

Pada kegiatan Literasi Digital Sektor Pemerintahan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan terdapat materi yang mengusung empat pilar Literasi Digital dengan narasumber yang kompeten.

Sesi pertama diisi oleh Dr. Istiani, M.Psi, dosen Psikologi di Bina Nusantara University. Istiani menyampaikan mengenai pentingnya Budaya Digital.

Hal ini merupakan sesuatu yang harus tetap diperhatikan, tidak hanya sekadar meningkatkan skill teknologi digital, namun hal yang non-technical juga tak kalah penting. Terlebih lagi bagi para ASN yang memiliki tuntutan untuk melayani masyarakat.

“Budaya digital penting untuk ASN karena agar tetap relevan dan tidak tertinggal transformasi digital, budaya digital tentang menjdai tenaga kerja bisa menjawab tantangan baru dan tidak tertinggal,” Tuturnya.

Sesi kedua diisi oleh Gatot Sandy, seorang Digital Content Practitioner. Dalam kesempatan kali ini, Gatot membawakan materi mengenai pentingnya Etika Digital untuk merasionalkan dan mengembangkan tata kelola di kehidupan sehari-hari. Salah satu tema yang diangkat adalah mengenai Filtering di sosial media.

Terdapat strategi yang dinamakan THINK, yaitu True yang berkenaan dengan kredibilitas informasi, Hurtful mengenai pentingnya mempertimbangkan kemungkinan informasi untuk menyakiti beberapa pihak. Kemudian ada Inspiring yang berkenaan dengan manfaat informasi tersebut, serta Necessary atau apakah informasi tersebut diperlukan oleh masyarakat, dan yang terakhir adalah Kind, yaitu apakah informasi tersebut berujung pada kebaikan atau tidak.

Goals dari persebaran informasi adalah [agar masyarakat] sama-sama paham. Kita hidup berdampingan dengan orang lain, sehingga selalu membutuhkan orang lain. Jika semua orang dipaksakan meyakini keyakinan kita, tidak selaras dengan nature kita,” katanya.

Di kesempatan yang sama, materi digital safety dibawakan oleh Andri Johandri, founder Pythonesia Org. Andri menjelaskan tentang keamanan digital di dunia maya, salah satunya dalam keamanan perangkat. Terdapat poin-poin penting di dalamnya, antara lain adalah operasi sistem perangkat, konfigurasi hak akses perangkat, perangkat lunak, kontrol hak akses

perangkat lunak.

Pada poin tentang keamanan digital, Andri Johandri mengatakan bahwa, “Dunia maya memang dunia yang bebas melakukan apa saja namun kita harus berhati-hati dalam kegiatan di dunia maya jangan sampai data kita tersebar luas oleh diri kita sendiri, contohnya seperti challenge spill nama orang tua, hal itu adalah salah satu data pribadi yang tidak boleh asal disebarkan,” jelasnya.

Sesi terakhir diisi oleh Tri Hadiyanto Sasongko, seorang Praktisi Digital Marketing. Tri  memaparkan materi mengenai Kecakapan Digital. Dalam kesempatan ini, beliau menjelaskan cara untuk menentukan kebenaran berita, yaitu dengan meneliti alamat situsnya apakah terpercaya atau tidak, mewaspadai kalimat provokatif, mengecek gambar dengan beberapa situs terpercaya, dan memverifikasi siapa yang menyebarkan berita pertama.

“Kita harus mulai bijak memilah dan memilih berita yang muncul di smartphone kita, berita mana yang valid dan terverifikasi. Berita hoax berpotensi besar untuk memecah belah bangsa kita. Terlebih lagi ASN memiliki fungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa,” jelasnya.

Kegiatan Literasi Digital Sektor Pemerintahan merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam

program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.