SinarHarapan.id – Pada Kamis pagi, 1 Mei 2025, langit Beirut cerah. Embusan angin dari Laut Tengah menyapa ribuan pelari Beirut Marathon 2025 yang berkumpul di kawasan Beirut Water Front. Suasana penuh semangat, namun tenang. Di antara lautan manusia berseragam olahraga, tampak dua puluh enam prajurit berseragam khas TNI Angkatan Laut. Mereka tergabung dalam Satgas MTF TNI Konga XXVIII-P/UNIFIL, pasukan perdamaian Indonesia yang ditugaskan di bawah misi Maritime Task Force United Nations Interim Force in Lebanon (MTF UNIFIL).
Dengan membawa semangat “One Spirit One Race”, tema resmi Beirut Marathon 2025, prajurit TNI ikut menyemarakkan ajang lari internasional itu. Tidak sekadar ajang adu fisik, maraton ini menjadi panggung solidaritas lintas negara dan simbol komitmen pada perdamaian global.
Baca Juga: Garuda di Langit Lebanon: Misi Damai dari Tanah Air
“Ini bukan hanya tentang berlari,” kata Komandan KRI Sultan Iskandar Muda-367, Letkol Laut (P) Anugerah Annurullah, yang juga menjabat Dansatgas MTF TNI Konga XXVIII-P/UNIFIL. “Tapi bagian dari membangun citra positif UNIFIL dan mendekatkan misi perdamaian dengan masyarakat Lebanon.”
Menjembatani Damai Lewat Olahraga
Berangkat dari kawasan pelabuhan yang menghadap Laut Tengah, para pelari menyusuri rute yang melintasi pantai Beirut, distrik-distrik ikonik, dan landmark kota tua. Langkah mereka mengukir jejak di jalanan yang dulu kerap berkonflik.
Untuk para prajurit, keikutsertaan dalam maraton ini bukan hal remeh. Sejak beberapa bulan lalu, mereka rutin berlatih selepas patroli dan tugas jaga. TNI mengirim 25 personel untuk kategori 10K dan satu pelari, Lettu Laut (P) Faisal Firmansyah, untuk kelas Half Marathon sejauh 21 kilometer.
“Saya ingin membuktikan bahwa prajurit Indonesia tak hanya bisa menjaga laut, tapi juga sanggup menyatu dalam upaya damai,” ujar Faisal, setelah mencapai garis finis dengan napas masih teratur.
Maraton Sebagai Soft Diplomacy
Beirut Marathon yang digelar oleh Beirut Marathon Association telah menjelma lebih dari sekadar ajang olahraga. Di tengah masyarakat yang masih dalam proses rekonsiliasi pasca konflik berkepanjangan, maraton ini menjadi ruang bersama—dimana warga sipil, atlet profesional, diplomat, dan pasukan perdamaian berbaur.
“Berlari bersama berarti berbagi ritme, tujuan, dan harapan,” kata May El Khalil, pendiri Beirut Marathon Association, dalam sambutannya. Bagi TNI, kesempatan ini adalah bagian dari soft diplomacy: merangkul, bukan menekan.
Tak sedikit warga lokal yang menyapa dan berfoto bersama prajurit Indonesia. Beberapa bahkan menanyakan dari mana asal mereka dan terkesan oleh keramahannya. Dalam setiap senyum dan jabat tangan, nilai-nilai toleransi, solidaritas, dan perdamaian mengalir begitu alami.
Menanam Harapan di Tanah Seberang
Bagi Letkol Anugerah, partisipasi dalam maraton ini juga berarti membangun kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, baik dalam konteks lingkungan maupun perdamaian. “Kami ingin menunjukkan bahwa perdamaian itu juga soal stamina—butuh konsistensi dan kebugaran, seperti saat berlari jauh,” ujarnya.
Satgas MTF TNI sendiri telah menjadi bagian penting dari keberadaan UNIFIL di Laut Mediterania sejak 2009. Kehadiran mereka di Beirut Marathon melengkapi misi itu, dengan pesan damai yang melampaui kapal perang dan patroli laut.
Sebagaimana lari, perdamaian adalah perjalanan panjang. Tak cukup hanya niat baik; perlu komitmen, ketahanan, dan semangat kolektif. Dari Beirut, prajurit TNI menunjukkan bahwa Indonesia hadir tak hanya sebagai negara besar, tetapi juga sebagai bangsa yang peduli dan mampu menyatu dalam langkah dunia menuju perdamaian.