SinarHarapan.id – Kenaikan suku bunga tajam dari Federal Reserve AS (the Fed) membuat harga emas kembali merosot. Harga emas terus merosot di bawah level kunci psikologis $ 1.700 per ons pada Rabu (14/9/2022). Harga emas di pasar spot turun 0,36% menjadi US$ 1.695,47 per ons, setelah penurunan persentase 1 hari terbesar sejak 14 Juli pada Selasa (13/9/2022). Hal ini dipicu penguatan dolar menyusul kenaikan inflasi AS yang lebih kuat dari perkiraan memicu ekspektasi kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve (Fed) dan mengangkat dolar AS lebih tinggi.
“Kami melihat hari ini ada tekanan jual secara teknikal setelah penurunan yang kuat kemarin,” kata analis Kitco Metals, Jim Wyckoff. Pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan kenaikan suku bunga setidaknya 75 basis poin pada pertemuan 20-21 September, menyusul kenaikan tak terduga indeks harga konsumen AS bulan Agustus 0,1%.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi suku bunga tinggi untuk menjinakkan kenaikan harga meredupkan selera aset safe heaven karena emas tidak dikenakan bunga.Sementara dolar turun 0,2%, membuat emas batangan yang dihargakan dalam greenback lebih murah bagi pembeli luar negeri.
“Kebijakan moneter yang lebih ketat akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang pada gilirannya akan mengurangi permintaan produsen dan konsumen untuk logam (berharga),” tambah Wyckoff.
Jelang Data Inflasi, Harga Emas Naik karena Pelemahan Dolar “Harga emas bisa rentan turun menuju US$ 1.650 dan mungkin jauh lebih rendah jika Fed memberi sinyal kenaikan suku bunga lebih agresif,” kata analis OANDA, Edward Moya, dalam sebuah catatan.
Investor juga menahan diri dari melakukan perdagangan besar pada emas menjelang pertemuan Fed minggu depan, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin.
Sementra harga perak di pasar sppot naik 1,2% menjadi US$ 19,56 per ons, platinum mengaut 3% menjadi US$ 904,45, dan paladium bertambah 2,7% menjadi US$ 2,160,62. (Red)