SinarHarapan.id – Pelajaran menarik dari perempuan tentara asal Kanada. Letnan Kolonel Melaney Lake mengawali pidatonya dalam simposium Kepemimpinan Responsif Gender di Jakarta dengan pertanyaan. “Apakah prediktor terbaik untuk kedamaian suatu negara?”
Sayangnya, di antara para peserta simposium dari Vietnam, Indonesia, Filipina, Malaysia. Sebagian besar militer, dan akademisi. Tidak ada yang menjawab.
Menurut Letkol Lake, sang pembicara utama dalam simposium, Beberapa inisiatif penelitian menemukan bahwa prediktor terbaik untuk kedamaian suatu negara bukanlah tingkat kekayaan, demokrasi, demografi, atau identitas agamanya, tetapi seberapa baik negara tersebut memperlakukan kaum perempuannya.
“Negara-negara dengan tingkat ketimpangan gender yang lebih tinggi cenderung mengalami konflik internal. Negara-negara dengan tingkat kekerasan terhadap perempuan yang lebih tinggi cenderung terlibat dalam pertikaian antarnegara,” tutur Letkol Lake.
Penelitian menunjukkan hubungan erat antara kesetaraan gender dan kedamaian suatu negara. Masyarakat yang memperlakukan perempuan secara setara cenderung lebih jarang mengalami konflik internal dan lebih memilih resolusi konflik yang damai.
Baca Juga: Kanada dan Indonesia Gelar Simposium Responsif Gender
Sebaliknya, masyarakat yang menormalkan kekerasan terhadap perempuan sering kali juga menormalkan kekerasan secara umum, yang mengarah pada struktur kekuasaan yang hierarkis dan militeristik.
Oleh karena itu, kesetaraan gender bukan hanya keharusan sosial tetapi juga faktor penting dalam keamanan nasional dan internasional.
Letkol Lake menegaskan seorang pemimpin responsif gender memahami bahwa dinamika gender memengaruhi semua orang dan mengambil tindakan yang disengaja untuk mendorong inklusivitas. Pemimpin ini secara proaktif menangani kesetaraan gender, bukan hanya merespons masalah.
Dia juga menciptakan lingkungan inklusif dengan mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan partisipasi, memodelkan perilaku inklusif dan memegang tanggung jawab atas tindakan mereka. Juga, menantang ketidakseimbangan kekuasaan dan mendorong distribusi kekuasaan yang adil di semua tingkatan organisasi.
Pelajaran dari Kanada
Refleksi perjalanan sepuluh tahun Angkatan Bersenjata Kanada (Canadian Armed Forces/CAF) menunjukkan potensi transformatif GRL. Pada 2015, setelah kasus pelecehan seksual yang mencuat, CAF meluncurkan Operasi HONOUR untuk menangani perilaku seksual yang merugikan dan tidak pantas.
Pada 2021, pendekatan tersebut tidak cukup karena gagal menangani masalah budaya yang lebih luas yang memungkinkan terjadinya pelanggaran. Menyadari bahwa kepemimpinan harus fokus pada menciptakan lingkungan di mana orang merasa di hargai dan di dengar, CAF pun berupaya mengubah budaya.
Perjalanan karier Letkol Lake juga merupakan salah satu contoh konkret kepemimpinan Responsif Gender. Dibesarkan di Churchill Falls, Labrador, Letkol Lake lulus dari Royal Military College of Canada pada 2002 dengan gelar di bidang Teknik Kimia.
Dia sangat beruntung dapat bertugas di ketiga Resimen Zeni Tempur di Kanada. Memulai kariernya di 5 RGC sebagai Komandan Pasukan Lapangan, bertugas sebagai Skuadron 23 Angkatan Darat 2IC dan Perwira Operasi di 1 CER dan menjadi Perwira Komandan Skuadron 24 Angkatan Darat dan Skuadron 25 Angkatan Darat di 2 CER sebelum kembali ke pekerjaan saat ini sebagai Perwira Komandan Resimen Zeni Tempur ke-2 di Petawawa, ON.
Di luar Resimen Zeni Tempur, Letnan Kolonel Lake bertugas sebagai instruktur di Sekolah Kepemimpinan dan Rekrutmen Angkatan Bersenjata Kanada. Juga, menghabiskan waktu sebagai operator HUMINT, bekerja di Kantor Kepala Staf Pertahanan sebagai Perwira Staf Senior. Dan, mengawasi Operasi dan Rencana Zeni di Komando Operasi Gabungan Kanada.
Sekarang Saatnya
Dia dikerahkan ke Afganistan tiga kali dalam Operasi ATHENA. Dua operasi domestik termasuk sebagai Komandan JTF untuk Operasi WINISK. Pada Maret 2021, dia mengambil alih komando Operasi UNIFIER Roto 11 yang merupakan pemindahan wanita pertama dalam sejarah operasi penugasan Kanada. Dia dianugerahi Medali Layanan Berjasa atas pekerjaannya sebagai Komandan Satuan Tugas.
Saat ini, Letnan Kolonel Lake menjabat sebagai Petugas Penghubung CAF untuk Duta Besar Kanada untuk Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan. Selain itu, dia mendirikan sebuah LSM untuk memberikan bantuan ke Ukraina.
Letkol Lake juga mendukung pengungsi Afganistan dalam perjalanan menuju pemukiman kembali di Kanada. Kisahnya adalah contoh nyata bagaimana kepemimpinan responsif gender dapat mendorong perubahan positif tidak hanya di organisasi tetapi juga di masyarakat luas.
“Saatnya bertindak adalah sekarang. Pemimpin tidak hanya harus mendukung kesetaraan gender—mereka harus memimpin upaya untuk memajukannya, memastikan tidak ada yang tertinggal dalam mengejar dunia yang lebih adil dan damai,” kata Letkol Lake menutup pidatonya.