Internasional

FAO Tingkatkan Penghidupan dengan Inovasi Pengolahan Sagu

×

FAO Tingkatkan Penghidupan dengan Inovasi Pengolahan Sagu

Sebarkan artikel ini

FAO dan Analisis Papua Strategis telah melatih 30 warga untuk mengoperasikan unit ini secara berkelanjutan. Mereka juga diajarkan cara mendiversifikasi produk turunan sagu agar memiliki nilai jual lebih tinggi.

Masyarakat Adat Yoboi menyambut kedatangan Kepala Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian Persatuan Bangsa-Bangsa (FAO) Rajendra Aryal di Festival Sagu di Kampung Adat Yoboi, Jayapura, Papua pada Sabtu (1/3). Festival ini merupakan hasil kerja sama FAO dengan Masyarakat Adat Yoboi, Simforo, dan Babrongko serta Analisis Papua Strategis guna memperluas jangkauan pasar hasil olahan sagu lokal. (Foto: FAO)

SinarHarapan.id – Masyarakat Adat Desa Yoboi, Papua mengadopsi teknologi baru untuk mengolah sagu secara lebih efisien. Dengan inovasi ini, waktu pengolahan sagu berkurang drastis dari beberapa hari menjadi lima jam saja. Selain itu, peluang pasar semakin luas dengan peningkatan kualitas produk.

Papua memiliki perkebunan sagu terbesar kedua di Indonesia. Namun, pengolahan tradisional masih dilakukan secara manual, menyebabkan rendahnya kualitas dan keterbatasan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

Kini, masyarakat Yoboi mengolah sagu dengan unit pengolahan skala kecil yang memenuhi standar keamanan pangan. Inisiatif ini didukung oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO). Unit pengolahan tersebut telah dimiliki masyarakat secara mandiri.

FAO dan Analisis Papua Strategis telah melatih 30 warga untuk mengoperasikan unit ini secara berkelanjutan. Mereka juga diajarkan cara mendiversifikasi produk turunan sagu agar memiliki nilai jual lebih tinggi.

Produk analog beras dari olahan sagu Masyarakat Adat Yoboi yang dijajakan dalam Festival Sagu di Kampung Adat Yoboi, Jayapura, Papua pada hari Sabtu (01/03). Festival ini merupakan hasil kerja sama Organisasi Pangan dan Pertanian Persatuan Bangsa-Bangsa (FAO) dengan Masyarakat Adat Yoboi, Simforo, dan Babrongko serta Analisis Papua Strategis guna memperluas jangkauan pasar hasil olahan sagu lokal. (Foto: FAO)

Manfaat Ekonomi bagi Masyarakat Yoboi

Sefanya Walli, Kepala Kampung Adat Yoboi, menegaskan bahwa inovasi ini meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat. “Dengan unit mesin pengolahan sagu, ekonomi masyarakat Yoboi jadi mandiri. Ini solusi tepat bagi warga Yoboi yang memiliki dusun sagu luas di Jayapura,” ujarnya.

Baca Juga: FAO Dorong Konsumsi Kacang-Kacangan Lokal

Sagu adalah makanan pokok yang memiliki nilai budaya tinggi bagi Masyarakat Adat. Selain itu, sagu juga merupakan sumber karbohidrat alternatif untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

Namun, agar konsumsi produk sagu lebih luas, masih perlu upaya promosi. “Kelompok penghasil sagu perlu berdaya agar dapat mengolah sagu menjadi tepung dan berbagai produk turunan seperti kue hingga mi berbahan sagu,” kata Elvyrisma Nainggolan, Ketua Kelompok Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.

Festival Sagu untuk Memperkenalkan Produk Lokal

Untuk meningkatkan pemasaran, FAO, Masyarakat Adat Yosiba (Yoboi, Simforo, dan Babrongko), serta Analisis Papua Strategis mengadakan Festival Sagu pertama di Yoboi, Jayapura.

Dalam festival ini, perempuan dan anggota masyarakat Yoboi mendemonstrasikan berbagai olahan sagu, seperti mi dan beras analog. Kegiatan ini bertujuan menunjukkan potensi pasar produk berbasis sagu.

Festival ini juga menjadi ajang jejaring bisnis. Para pelaku usaha sagu kecil dan menengah dapat terhubung dengan koperasi serta distributor untuk mengembangkan pasar. Lebih dari 100 peserta menghadiri acara ini, termasuk masyarakat adat, perwakilan bisnis, dan warga Jayapura.

Potensi Sagu untuk Masa Depan

Matheus Philep Koibur, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua, mengapresiasi festival ini. Ia menilai sagu memiliki potensi besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan, pelestarian lingkungan, dan peningkatan ekonomi.

“Festival Sagu membuka peluang untuk mempromosikan produk sagu ke industri. Langkah ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah penghasil sagu lainnya,” ujar Matheus.

Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, menekankan pentingnya dukungan terhadap petani kecil dan masyarakat adat dalam rantai nilai sagu. “Dengan teknologi tepat dan hubungan pasar yang baik, masyarakat adat dapat memperoleh manfaat ekonomi dan meningkatkan kesadaran akan pengolahan sagu berkelanjutan,” katanya.

FAO berkomitmen mendukung petani kecil dan masyarakat adat dalam pengolahan sagu berkelanjutan. Dukungan ini mencakup akses pasar lebih luas, peningkatan ketahanan pangan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adat melalui inovasi pengolahan sagu.