SinarHarapan.id – Pagelaran Budaya menjadi salah satu cara dalam menyampaikan sebuah pesan. Festival TIK ke-12 tahun 2023 menyajikan Pagelaran budaya agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmati Festival TIK yang diselenggarakan oleh Relawan TIK Indonesia yang berkerja sama dengan Kemenkominfo dan Universitas PGRI Semarang, dengan tema “Berantas Hoax Menuju Pemilu Damai 2024”.
“Kita memang ingin menciptakan pemilu yang damai dalam terminologi bawaslu adalah pemilu yang berkeadilan dan bermatabat serta berintegritas, sementara kata damai nya bisa kita lihat jika sebuah pemilu berintegritas itu sudah pasti damai” ujar Drs. Sosiawan, SH, M. Hum Koordinator Divisi Humas, Data dan Informasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pada acara Festival TIK yang diselenggarakan di kampus 4 Universitas PGRI Semarang, Jumat (27/10/2023).
Sosiawan juga menyampaikan, untuk terciptanya harapan dari Bawaslu ini, terdapat pengawasan dan penindakan terhadap aparat ASN yang memang harus memegah teguh netralitas selama pemilu 2024 ini berlangsung.
“Kegiatan kami ada pengawasan dan penindakan, misalnya saat ini sudah banyak laporan-laporan yang masuk dimana terdapat indikasi suatu daerah yang ASN-nya atau aparat desa yang mendukung atau tidak netral, ini harus lapor dan Bawaslu nanti akan melakukan pencegahan, kalau bisa dicegah akan lebih bagus, tapi disamping itu juga terdapat penindakan dengan cara memberikan peringatan,” katanya.
Di samping hal tersebut, Sosiawan sebagai perwakilan dari Bawaslu juga melakukan beberapa upaya untuk mewujudkan pemilu yang adil integritas dan damai, salah satunya adalah pemetaan kerawanan pemilu.
“Kami sudah melakukan pemetaan kerawanan pemilu, pertama netralitas ASN TNI dan Polri, yang punya tingkat kerawanan tinggi. Politik uang juga memiliki kerawanan, termasuk juga kerawanan dalam penggunaan media sosial, yaitu hoaks dan kampanye hitam,” ujar Sosiawan.
“Oleh karena itu, kami berkolaborasi dengan masyarakat untuk mencerdaskan publik. Hoaks ini bukan saja menciptakan perpecahan antara masyarakat, tetapi juga menyuburkan politisasi yang tidak sehat, termasuk juga SARA, termasuk juga akan menciptakan tidak percayanya masyarakat dalam konteks pemilu. Ini merupakan titik perhatian yang serius oleh Bawaslu,” katanya.
Sejalan dengan pernyataan tersebut Wakil Rektor 4 Universitas PGRI Semarang Dr. Nur Khoiri, S.Pd., MT, M.Pd. menyampaikan bahwa, terdapat beberapa unsur yang ada di kampus, yaitu terdapat unsur dosen dan juga mahasiswa, yang bisa bertindak sebagai fasilitator agar terciptanya damai dalam Pemilu 2024 nanti.
“Satu tugas kampus lagi sebagai fasilitator, kalau sebelumnya kami sebagai fungsi kontrol, memastikan pemilu berjalan dengan jujur dan adil, tidak ada kecurangan” ujarnya.
Nur Khoiri juga menyampaikan bahwa sudah terdapat beberapa hal yang dilakukan oleh UPGRIS yang berkaitan dengan pendidikan politik yang memang sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran terhadap Pemilu 2024 nanti.
Dalam pemilu yang akan dilaksanakan 2024 nanti, Revanska dari Kementrian Komunikasi dan Informasi, menyampaikan untuk selalu menyaring kembali informasi di media sosial agar tidak terkena informasi hoaks yang dapat mengancam damai nya pemilu 2024 nanti.
“Kalau berbicara mengenai fenomena hoaks, dimedia sosial itu yah, kita berfikir konsepnya bahwa ada algoritma yang bermain dan berperan disitu. Kita mungkin merasa bahwa kalo kita menyukai satu barang atau tokoh, nah algoritma tersebut akan bekerja dan kita akan ditunjukan konten-konten yang terkait dengan barang atau tokoh kesukaan kita padahal belum tentu benar dan baik,” ujar Revanska selaku perwakilan dari tim Literasi Digital sektor Pemerintahan Direktorat PI Ditjen Aptika Kemenkominfo.
Sementara itu, Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Bambang Tri Santoso mengatakan,”Kita ingin Festival Digital atau Festival TIK ini tidak hanya dinikmati oleh Relawan TIK saja, tetapi juga bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, kita akan tampilkan kesenian Wayang Kulit.”
Selain untuk dapat dinikmati setiap lapisan masyarakat pagelaran budaya jawa yang disajikan oleh Festival TIK bertujuan untuk menyuarakan masyarakat untuk berpartisipasi untuk memberantas berita-berita hoax yang akan diprediksi akan ada selama masa pemilu 2024.
“Kegiatan ini juga sebagai sosialisasi untuk dapat menciptakan ruang digital yang damai serta aman untuk setiap individu, maka dari itu saya berharap masyarakat bisa dan mau untuk bersama melawan berita hoaks yang dengan cara mengecek kembali sumber berita dan saring sebelum sharing,” katanya.
Festival TIK 2023 yang mengangkat tema “Manunggaling Kawula Digital” yang bermakna menyatunya kita selaku pengguna dengan teknologi digital. Festival ini dihadiri ratusan relawan TIK dari berbagai daerah di Indonesia.
Perlu diketahui, Relawan TIK merupakan wadah relawan yang diinisiasi oleh Kemenkominfo sebagai perpanjangan tangan untuk melaksanakan pendampingan terkait digitalisasi di tingkat bawah dan di berbagai lapisan masyarakat.