SinarHarapan.id-Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin berbagi pengalaman Indonesia berupaya mengeliminasi Tuberkulosis (TB) ketika menghadiri Stop TB Partnership (STP) Board Meeting ke-37 di Kota Brasilia, Brazil.

Indonesia negara dengan beban tertinggi kedua TB secara global, telah melakukan upaya memberantas TB dan berhasil mencatatkan keberhasilan yang signifikan pada 2023, yakni laporan atau notifikasi kasus tertinggi sepanjang sejarah TB di Indonesia.

Menkes Budi seperti yang dikutip InfoPublik Senin (12/2/2024) mengatakan Indonesia sebelumnya hanya bisa mendeteksi kasus TB sebanyak 400-500 ribu, bahkan turun menjadi sekitar 300 ribu selama pandemi Covid-19.

“Namun pada 2022, deteksi kasus berhasil naik menjadi 700 ribu dan 800 ribu kasus pada 2023. Indonesia masih terus berkomitmen untuk meningkatkan jumlah kasus yang dilaporkan hingga menjadi 900 ribu dari 1 juta perkiraaan kasus TB pada 2024,” kata Menkes Budi.

Indonesia juga berkomitmen menyediakan pengobatan TB yang lebih singkat, memperkuat kolaborasi dengan komunitas, serta melakukan inovasi pembiayaan untuk layanan TB.

Menkes Budi mengatakan kerja keras, ketekunan, dan kemauan untuk belajar serta berkorban dapat membuktikan bahwa pemberantasan TB secara global bukanlah suatu kebetulan, melainkan kesuksesan masa depan yang dapat diraih bersama.

Eliminasi TB akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menkes Budi menjelaskan upaya Indonesia dalam memberantas TB antara lain berkolaborasi dengan masyarakat dan kader kesehatan untuk menyaring 2,2 juta populasi berisiko tinggi TB.

“Kami melibatkan masyarakat untuk membentuk TB Army, sebuah komunitas terlatih bagi para penyintas TB yang membantu mendeteksi dan mengawasi pasien TB MDR (multidrug-resistant tuberculosis),” kata Menkes Budi.

TB MDR adalah jenis tuberkulosis yang kebal terhadap dua obat antituberkulosis paling kuat. Artinya, obat-obatan tersebut sudah tidak mempan untuk membunuh bakteri TB dalam tubuh penderita.

Selanjutnya, Indonesia juga mendorong inovasi dalam diagnosis tuberkulosis dengan memproduksi lima alat deteksi TB berbasis PCR, yang dapat dimanfaatkan oleh 1.000 laboratorium PCR yang sudah ada di Indonesia.

“Kami juga mempercepat penerapan pengobatan presisi dengan mendirikan Inisiatif Ilmu Biomedis dan Genom (Biomedical & Genome Science Initiative/BGSi), yang mencakup pengurutan genom pada MDR sampel TB untuk meningkatkan surveilans,” kata Menkes Budi.

BGSi merupakan inisiatif nasional untuk mendorong pemanfaatan data genomik atau informasi genetik sehingga dapat digunakan untuk mencegah dan mengobati penyakit secara tepat dan akurat.

Menkes Budi menambahkan Indonesia juga memastikan pengobatan TB dapat diakses oleh semua orang. Indonesia merupakan salah satu negara pertama di Asia yang meluncurkan BPaL dan BPaLM (bedaquiline, pretomanid, linezolid, dan moksifloksasin).

Pengobatan ini dikenal sebagai regimen oral jangka pendek untuk tuberkulosis resisten obat (TBC RO). Regimen ini membantu mempersingkat pengobatan jangka pendek TB RO menjadi enam bulan.

Sebelumnya, pengobatan jangka pendek untuk pasien TB RO berdurasi 9–11 bulan dan menggunakan suntikan. Selain itu, Indonesia mendukung penelitian operasional mengenai potensi regimen pengobatan yang lebih singkat untuk Tuberkulosis Sensitif Obat (TBC SO).

Jika TB RO memerlukan pendekatan pengobatan yang lebih kompleks karena bakteri penyebab TB, Mycobacterium TB, resisten terhadap obat-obatan tertentu, TB SO dapat diobati dengan regimen standar. Namun, durasi pengobatan TB SO saat ini masih sekitar 6-9 bulan.

“Kami adalah salah satu negara pertama di dunia yang melaksanakan inisiatif percontohan untuk memberikan insentif puskesmas, memberikan pelayanan TB yang terstandar, meliputi diagnosis, pelaporan, dan kelengkapannya pengobatan kasus TB,” tambah Menkes Budi.

Tidak hanya di tingkat nasional, komitmen Indonesia juga ditunjukkan dalam level global, yakni Indonesia memprakarsai Aliansi Negara-negara untuk Memerangi Tuberkulosis bersama Nigeria, Filipina, dan Polandia.

“Saya percaya bahwa dengan menyatukan kekuatan, kita bisa menang melawan tuberkulosis.” tegas Menkes Budi.(isn/infopublik)