SinarHarapan.id-Kebutuhan apoteker di tanah air masih menjadi perhatian pihak terkait. Kompetensi apoteker juga perlu ditingkatkan sesuai dengan permintaan di lapangan.
PharmAcademy, komunitas farmasi untuk mendapatkan kemudahan akses terhadap modul pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kompetensi. Bahkan, PharmAcademy memungkinkan apoteker mendapatkan poin Pengembangan Profesional Berkelanjutan (CPD) untuk mendorong kemajuan karir mereka.
Setahun diluncurkan, platform PharmAcademy – yang digagas Sanofi Indonesia berkolaborasi dengan SwipeRx, telah berhasil memberdayakan 2.750 apoteker di Indonesia.
“PharmAcademy merupakan bentuk komitmen Sanofi terhadap pemberdayaan apoteker menjadi konsultan kesehatan yang tepercaya bagi masyarakat Indonesia. Fitur PharmAcademy pada aplikasi SwipeRx menyediakan sarana pendidikan dan pelatihan berbagai aspek kefarmasian, termasuk manajemen penyakit, manajemen terapi obat, dan konseling pasien,” jelas Maria Valentina (Matina) Sposito, Head of Sanofi CHC ASEA.(25/5/2024)
Akselerasi pemberdayaan apoteker penting untuk menjembatani gap rasio profesi ini. Data Kementerian Kesehatan, pada 2023, jumlah apoteker di Indonesia baru mencapai 130.643 orang. Artinya, 1 apoteker menangani 2.134 penduduk. Padahal, menurut Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), rasio idealnya adalah 0,8 s.d. 1 apoteker per 1.000 penduduk.
“Karenanya, Ikatan Apoteker Indonesia mendukung sepenuhnya inisiatif PharmAcademy dari Sanofi dan SwipeRx – sebagai upaya konkret untuk penguatan peran apoteker di Indonesia. Dengan adanya PharmAcademy, kami melihat peningkatan signifikan dalam profesionalisme dan kapabilitas apoteker di lapangan,” tandas Dr. apt. Drs. Muhamad Yamin, M.Farm, Ketua PD IAI DKI Jakarta.
Teknologi berimpak besar pada percepatan peningkatan kompetensi apoteker. Selama ini, sebagian besar apoteker kesulitan mengakses informasi, produk, tools, dan pelatihan yang diperlukan untuk memberikan layanan berkualitas. Sebagai pionir, PharmAcademy menggunakan teknologi SwipeRx untuk menjembatani para apoteker dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
“Pendekatan inovatif PharmAcademy dan SwipeRx memberikan kemudahan bagi apoteker dalam pengembangan kompetensinya. Bahkan mereka yang berada di area terpencil. Modul pengetahuan dan keterampilan yang disajikan PharmAcademy disusun terstruktur di bawah arahan dari asosiasi profesi – guna memastikan para apoteker menerima materi secara terukur. Selain itu, apoteker juga lebih terjamin untuk terhubung dengan penyedia produk farmasi dengan lebih cepat,” tegas Farouk Meralli, CEO SwipeRx.
Apoteker yang mumpuni turut berandil dalam mendampingi masyarakat menjalankan praktik self-care yang tepat dan mengurangi risiko self-diagnose yang keliru. Pentingnya self-care dalam menjaga kesehatan diri semakin relevan di tengah kondisi lingkungan yang semakin menantang, terutama di kota-kota besar. Polusi udara, yang semakin meningkat di perkotaan, berdampak negatif pada kesehatan masyarakat. Salah satunya, mengakibatkan penyakit pernapasan dan alergi. Self-diagnose atau diagnosis mandiri, meskipun terkesan praktis, seringkali mengarah pada pengelolaan kesehatan yang kurang tepat dan berisiko memperburuk kondisi.
“Apoteker dapat bertindak sebagai penasihat kesehatan tepercaya untuk membimbing pasien menuju diagnosis yang lebih akurat dan pengobatan yang lebih tepat. Menghadapi potensi ancaman polusi udara, apoteker memiliki kemampuan untuk mengedukasi tentang langkah pencegahan, ataupun pengelolaan kondisi kesehatan – bagi individu yang telah terdampak penyakit, seperti alergi maupun batuk. Khususnya penanganan alergi, apoteker memiliki kompetensi untuk membantu diagnosis kondisi hingga merekomendasikan obat alergi yang sesuai dan aman,” papar Dr. apt. Lusy Noviani, MM, Pharmacy Expertise
Melanie Putria, seorang ibu dan figur publik, menyampaikan kekhawatirannya terhadap ancaman polusi, serta menyatakan dukungannya terhadap inisiatif PharmAcademy dari perspektif awam. “Polusi udara tak bisa kita hindarkan dalam aktivitas keseharian. Artinya, ancaman penyakit akibat polusi berpotensi menyerang kapan saja. Bagi saya, kuncinya adalah kritis memeriksa kondisi diri dan anak-anak secara mandiri, serta mengonfirmasinya kepada sumber yang tepat. Penguatan kompetensi apoteker melalui PharmAcademy tentunya mempermudah masyarakat untuk menjangkau penasihat kesehatan yang tepercaya,” ungkapnya.