SinarHarapan.id-Nilai ekspor Indonesia sepanjang 2024 mencapai USD264,70 miliar, naik 2,29 persen daripada tahun sebelumnya.
Ekspor nonmigas meningkat 2,46 persen, dengan sektor industri pengolahan tumbuh 5,33 persen berkat kenaikan ekspor logam mulia.
Produk pertanian, kehutanan, dan perikanan melonjak 29,81 persen, terutama karena peningkatan ekspor kopi.
Sebaliknya, ekspor pertambangan turun 10,20 persen akibat melemahnya permintaan batubara di pasar global.
Founder & CEO SCI, Setijadi, menyoroti pentingnya rantai dingin untuk menjaga kualitas produk pertanian dan perikanan ekspor.
“Cold storage dan teknologi controlled atmosphere storage (CAS) agar kualitas produk tetap terjaga,” ujar Setijadi.
Ia juga menekankan pentingnya teknologi pengemasan serta proses konsolidasi untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing produk.
Hilirisasi di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan krusial guna meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor.
Verani Hartati dari Universitas Widyatama menyoroti ketimpangan ekspor antar wilayah berdasarkan data BPS.
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Kalimantan Timur menyumbang 33,65 persen dari total ekspor nasional sepanjang 2024.
Jawa Barat mencatat ekspor USD37.872,3 juta (14,31 persen), terbesar ketimbang provinsi lain.
Jawa Timur menyumbang USD25.716,1 juta (9,72 persen), lalu Kalimantan Timur sebesar USD25.461,5 juta (9,62 persen).
Verani mengusulkan penguatan ekspor berbasis komoditas unggulan setiap daerah guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.
Ia juga menekankan perlunya pemetaan rantai pasok dan pengembangan hub & spoke untuk meningkatkan konektivitas logistik.
Penetapan pintu ekspor strategis diperlukan agar distribusi produk ke pasar global lebih efisien dan efektif.