SinarHarapan.id – UNESCO menambahkan 74 warisan dokumenter baru ke dalam Memory of the World Register, 5 dari 74 penambahan baru tersebut berasal dari Indonesia. Warisan dokumenter ini—berasal dari 72 negara dan 4 organisasi internasional. Mencakup topik-topik seperti revolusi ilmiah, kontribusi perempuan dalam sejarah, dan tonggak penting dalam multilateralisme.
Daftar berisi koleksi dokumenter seperti buku, manuskrip, peta, foto, rekaman suara maupun video. Semuanya menjadi saksi atas warisan kemanusiaan.
“Warisan dokumenter adalah elemen penting namun rapuh dari memori dunia. Karena itu, UNESCO terus berupaya melestarikannya. Seperti perpustakaan Chinguetti di Mauritania atau arsip Amadou Hampâté Bâ di Pantai Gading. Dengan berbagi praktik terbaik, serta memelihara daftar ini sebagai rekaman dari jejak sejarah umat manusia” ujar Audrey Azoulay, Direktur Jenderal UNESCO.
Baca Juga: UNESCO Tetapkan 16 Global Geopark Baru
Arsip Tari Jawa
Seni Tari Mangkunegaran, 1861–1944 – di ajukan oleh Indonesia. Arsip ini mendokumentasikan koreografi, notasi musik, dan pertunjukan tari tradisional Mangkunegara yang di ciptakan Mangkunegara IV. Lalu, di teruskan hingga Mangkunegara VII (1861–1944).
Koleksi ini terdiri atas 1.595 lembar dokumen teks dan 640 foto. Arsip ini menjadi referensi utama bagi pengembangan tari klasik tradisional untuk generasi kini dan mendatang.
Arsip ini tidak hanya menjadi bukti legitimasi seni asli Indonesia, tetapi juga melestarikan warisan budaya suatu kelompok etnis.
Surat dan Arsip Kartini

Perjuangan untuk Kesetaraan Gender – diajukan oleh Indonesia dan Belanda.. Dokumen-dokumen ini menjadi dasar penting dalam memahami kehidupan dan pemikiran Raden Ajeng Kartini (1879–1904). Surat-surat Kartini yang disimpan di berbagai institusi Belanda menjadi sumber utama pemikirannya, sementara dampak dari ide-idenya tentang pendidikan, emansipasi, dan perjuangan untuk kesetaraan gender tercermin dalam arsip Kartini yang ada di Indonesia. Dari masa hidupnya yang singkat hingga hari ini, Kartini tetap menjadi sumber inspirasi penting dalam diskusi nasional dan internasional mengenai pendidikan, feminisme, dan kesetaraan gender.
Naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian (SSKK)

Di ajukan oleh Indonesia. SSKK merupakan naskah Sunda abad ke-16 yang saat ini di simpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Ditulis di atas bahan langka yaitu daun gebang (Corypha gebanga), naskah ini termasuk satu dari hanya 30 naskah sejenis yang masih ada di Indonesia.
Berdasarkan penanggalan 1440 Saka atau 1518 Masehi, naskah ini ditulis dengan aksara Jawa Kuno dan menggunakan bahasa Sunda Kuno, sebuah bentuk bahasa yang kini sudah punah. Naskah ini memuat panduan dan ajaran moral yang mencerminkan hukum adat abad ke-16, memperlihatkan kekayaan budaya masyarakat Sunda pada masa itu. Juga, memberikan wawasan tentang hubungan politik dan perdagangan antara suku Sunda dan berbagai negara di Asia.
Karya-Karya Hamzah Fansuri

Di ajukan oleh Indonesia dan Malaysia. Hamzah Fansuri memberikan kontribusi besar terhadap budaya dan pemikiran intelektual Melayu pada abad ke-16, dan menandai awal dari revolusi spiritual Melayu. Ia memelopori genre kitab—penulisan akademik sistematis dalam bahasa Melayu. Ia juga menjadi tokoh pertama yang meletakkan dasar-dasar perdebatan ilmiah dalam bahasa Melayu, baik melalui prosa maupun puisi. Karya puisinya (syair) populer di Nusantara dan berpengaruh besar dalam perkembangan sastra Melayu, serta menjadi fondasi bagi sastra modern Indonesia dan Malaysia. Melalui prosa dan puisinya, Hamzah Fansuri menyebarkan ajaran tasawuf, khususnya konsep wujudiyah (kesatuan wujud), yang kemudian membuat beberapa karyanya di bakar karena di anggap kontroversial.
Kelahiran ASEAN

KelahiranPerhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN): Arsip Pembentukan ASEAN, 1967–1976 di ajukan oleh Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Arsip ini mencatat pembentukan ASEAN oleh lima negara pendiri: Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Koleksi ini mencakup Deklarasi ASEAN 1967 dan dokumen-dokumen terkait. Terdiri atas 16 berkas teks, satu foto, satu film, tiga rekaman audio, dan 12 rekaman wawancara sejarah lisan.
Arsip ini menggambarkan misi dasar ASEAN untuk menjadikan negara tetangga sebagai sahabat dan membangun kepercayaan di mana sebelumnya terdapat ketidakpercayaan.
Selain itu, arsip ini menjadi bukti bahwa negara-negara yang baru merdeka dan relatif kecil dapat memiliki peran dalam membentuk politik internasional yang lebih damai dan stabil. Koleksi ini kini menjadi referensi utama bagi diplomasi ASEAN yang di kenal dengan pendekatan “ASEAN Way”.