Internasional

UNESCO Tetapkan 16 Global Geopark Baru

×

UNESCO Tetapkan 16 Global Geopark Baru

Sebarkan artikel ini

Dewan Eksekutif UNESCO telah menyetujui penambahan 16 situs baru ke dalam jaringan UNESCO Global Geopark, sehingga total jumlah geopark kini mencapai 229 di 50 negara. Dua di antaranya di Indonesia.

Caving goa barat di Kebumen, Unesco Global Geopark. (Foto: Hudi wasono)

SinarHarapan.id – Dewan Eksekutif UNESCO telah menyetujui penambahan 16 situs baru ke dalam jaringan UNESCO Global Geopark, sehingga total jumlahnya kini mencapai 229 di 50 negara.

“Melalui pelestarian warisan geologi, geopark menjadi mercusuar pembangunan berkelanjutan, konservasi, dan edukasi, yang menunjukkan bahwa kemajuan ekonomi dan perlindungan lingkungan dapat dan harus berjalan beriringan. Saya menyampaikan selamat yang tulus kepada para pengelola situs-situs yang baru ditetapkan,” ujar Audrey Azoulay, Director-General UNESCO.

Merayakan satu dekade sejak pembentukannya pada tahun 2015, penetapan sebagai UNESCO Global Geopark merupakan pengakuan atas warisan geologi yang bernilai internasional.

Jaringan ini juga menekankan peran penting dari pengetahuan, budaya, dan keterlibatan masyarakat lokal dan adat dalam menjaga warisan geologi, menyelenggarakan kegiatan edukatif, serta menerapkan pendekatan pembangunan yang berkelanjutan di wilayah tersebut.

Baca Juga: Kebumen dan Meratus Resmi Jadi Geopark UNESCO

Enam belas geopark baru  tersebar di Tiongkok, Republik Rakyat Demokratik Korea – yang untuk pertama kalinya bergabung dengan jaringan ini dan berkontribusi dalam perlindungan kawasan pegunungan bersama Tiongkok -, Ekuador, Indonesia , Italia, Norwegia, Republik Korea, Arab Saudi – dengan dua geopark pertamanya -, Spanyol, Britania Raya, dan Vietnam.

UNESCO terus mendorong pengembangan konsep di wilayah yang masih minim geopark, terutama di Afrika, negara-negara Arab, dan Negara Berkembang Pulau Kecil (Small Island Developing States).

Upaya ini dilakukan melalui pengiriman tim ahli, pelatihan yang disesuaikan, serta konsultasi langsung di tingkat nasional maupun lokal untuk memandu proses pengajuan status UNESCO Global Geopark. Di antara 16 tersebut, ada dua dari Indonesia.

Geopark Kebumen

Geopark Kebumen menyimpan catatan penting mengenai sejarah geologi bumi, dengan menampilkan formasi batuan tertua di pulau Jawa.
>
Salah satu titik utama di kawasan ini adalah situs Karangsambung, sebuah laboratorium alam yang memperlihatkan batuan dari batas samudra dan benua yang terbentuk sejak puluhan juta tahun yang lalu.

Batuan ini menjadi contoh nyata teori lempeng tektonik, yang menunjukkan bagaimana dasar laut purba terangkat ke permukaan.

Wilayah ini juga menyimpan fosil dari ekosistem laut dan prasejarah, serta gua dan sungai bawah tanah yang menarik.

Geopark ini berperan penting dalam pelestarian lingkungan, peningkatan kesadaran masyarakat, serta pembangunan berkelanjutan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah pendirian pos konservasi penyu di Pantai Jogosimo, Tambak Mulyo. Juga, Lembu Purwo, di mana telur-telur penyu yang sebelumnya rentan di ambil  pemburu kini di pindahkan ke tempat yang aman hingga menetas.

Daun pandan juga memiliki nilai penting dalam warisan budaya wilayah ini. Tradisi menganyam pandan, yang diwariskan turun-temurun, tetap menjadi kegiatan ekonomi yang relevan.

Di desa Wonorejo, program Jiemat geopark mengenalkan kearifan lokal ini kepada anak-anak sekolah. Mereka mengajarkan cara mengolah dan menganyam daun pandan menjadi produk seperti tas dan sandal. Guna  memastikan bahwa ini tetap menjadi bagian penting dari identitas masyarakat.

Forum Pemuda inovatif Kebumen juga turut mendukung para perajin daun pandan di Desa Grenggeng. Melalui pelatihan pemasaran digital, untuk menjembatani kerajinan tradisional dengan pasar modern.

Kekayaan budaya Geopark Kebumen tercermin dalam tradisi Jawa, kerajinan tangan, dan kuliner. Hal-hal tersebut  memperlihatkan kekhasan identitas lokal. Hubungan antara geologi dan budaya terlihat dalam praktik spiritual, pola pemukiman, dan sistem pertanian.

Sejak zaman Megalitikum, hingga era Hindu-Buddha dan Islam, kondisi geologi seperti keberadaan air tanah dan kedekatan dengan sungai memengaruhi perkembangan budaya di kawasan.

Pasar Terapung, Meratus Geopark. (Foto: Unesco)

Geopark Meratus

Geopark Meratus menyimpan catatan geologi yang menarik tentang evolusi tektonik kompleks.  Sejak periode Jurassic, sekitar 201 hingga 145 juta tahun lalu.

Kawasan ini menjadi lokasi seri ofiolit tertua di Indonesia, serta memiliki kandungan berlian yang cukup signifikan.

Sejarah geologi ini turut membentuk lanskap wilayah dan mendukung keanekaragaman hayati.

Termasuk berbagai jenis anggrek seperti anggrek bulan dan anggrek tebu. Bekantan, monyet berhidung panjang yang sebelumnya terancam punah, kini menjadi maskot Provinsi Kalimantan Selatan.

Geopark ini memiliki peran penting dalam pemulihan ekosistem bakau yang menjadi habitat utama bekantan. Juga, upaya tersebut turut mendukung peningkatan populasi spesies ini.

Geopark ini juga menjadi tempat tinggal bagi dua kelompok masyarakat adat utama. Yaitu suku Banjar dan suku Dayak, yang masih mempertahankan tradisi mereka.

Aktivitas perdagangan di pasar Terapung Lok Baintan dilakukan menggunakan perahu kecil bernama jukung. Suku Dayak Meratus menggunakan bambu sebagai alat transportasi melalui metode tradisional yang disebut Balanting Paring.

Kain Sasirangan menjadi bagian penting dari identitas budaya suku Banjar sejak tahun 1335. Setiap motif dan warna memiliki makna tersendiri.

Geopark ini juga menjadi tuan rumah berbagai festival dan kegiatan budaya. Seperti Meratus Great Culture Carnival, Meratus Geopark Run, dan Festival Pasar Terapung. Semuanya menampilkan kekayaan budaya lokal secara meriah.

Kesra

SinarHarapan.id – Laporan UNESCO menyoroti pentingnya makanan sekolah dalam menunjang pendidikan dan kesehatan. Akses terhadap makanan meningkat, tetapi kualitas…