SinarHarapan.id-Billy Mambrasar, Duta Energi Pertamina, khawatir dengan ancaman krisis pupuk akibat stagnannya produksi gas alam.
Ia menyampaikan hal tersebut saat Program Sekolah Energi Berdikari di Bontang, Kalimantan Timur, pada 30 Januari 2025.
Billy menyebutkan, kebutuhan pupuk Indonesia mencapai 24 juta ton per tahun, namun produksi dalam negeri hanya 14 juta ton.
Untuk mengatasi kekurangan ini, Indonesia harus mengimpor pupuk, dengan volume impor mencapai 5,37 juta ton pada 2023.
Menurut Billy, pupuk menjadi komoditas penting untuk mendukung program ketahanan pangan Presiden Prabowo, seperti food estate dan MBG.
Peningkatan produksi pertanian memerlukan lebih banyak pupuk, yang berdampak pada kebutuhan gas alam sebagai bahan baku.
Billy menegaskan, Indonesia perlu memaksimalkan penggunaan gas domestik untuk memenuhi kebutuhan pupuk dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Bontang berperan penting karena menghasilkan 31% dari total produksi gas alam nasional, yang banyak kegunaanya untuk industri pupuk.
Namun, saat ini, hanya 12,39% gas domestik untuk menyuplai pabrik pupuk, sebagian besar digunakan untuk energi.
Billy mengingatkan, jika suplai gas tidak bertambah, Indonesia akan menghadapi krisis pupuk pada 2024, dengan kekurangan 3,4 juta ton.
Pemerintah perlu mengambil langkah strategis untuk meningkatkan eksplorasi dan produksi gas alam melalui kebijakan yang memberikan insentif kepada pelaku usaha.
Ia juga mendorong Kementerian ESDM dan SKK Migas untuk mempermudah akses informasi dan data potensi gas untuk menarik investasi.
Billy menekankan, mengurangi impor gas alam harus menjadi prioritas kedua, sedangkan meningkatkan produksi gas domestik adalah prioritas utama.