SinarHarapan.id – Menteri Pertanian dan Agri-Food Kanada, Heath MacDonald, sedang melaksanakan misi diplomatik ke tiga negara ASEAN, yakni Indonesia, Singapura, dan Filipina. Dengan menggandeng sejumlah pemangku kepentingan dari sektor pertanian, MacDonald membawa misi dagang sekaligus strategi jangka panjang Kanada dalam memperluas pasar ekspor ke kawasan Indo-Pasifik.
Dalam serangkaian pertemuan bilateral di Jakarta, isu utama yang mencuat adalah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kanada (CEPA) yang belum lama ini rampung dinegosiasikan. Perjanjian ini dipandang strategis dalam mendorong peningkatan dan diversifikasi perdagangan produk pertanian kedua negara.
Tahun lalu, nilai perdagangan dua arah produk pertanian dan hasil laut antara Kanada dan Indonesia mencapai C$1,7 miliar. Ekspor Kanada ke Indonesia sebesar C$1,2 miliar didominasi oleh gandum non-durum, kedelai, pelet pakan ternak, gandum durum, dan kepiting beku. Sebaliknya, Kanada mengimpor C$465,8 juta produk sejenis dari Indonesia—naik hampir 27 persen dari tahun sebelumnya.
Indo-Pasifik dalam Peta Dagang Kanada
Lawatan ini bukan sekadar ekspansi dagang. Di baliknya, tersemat strategi besar bernama Indo-Pacific Strategy—kerangka kebijakan luar negeri dan ekonomi Kanada yang berfokus pada penguatan hubungan lintas samudra. Salah satu bentuk konkret dari strategi ini adalah pembentukan Indo-Pacific Agriculture and Agri-Food Office (IPAAO) pada Februari 2024.
Berkantor di Asia, IPAAO menjadi simpul penghubung antara eksportir Kanada dan para mitra dagang potensial di kawasan yang mencakup 40 perekonomian dan lebih dari empat miliar penduduk. Sejak peluncurannya, kantor ini aktif menjalin hubungan teknis dan regulasi dengan pemerintah lokal, berbagi informasi tentang keamanan pangan, kesehatan hewan, dan tumbuhan, serta membantu penyelesaian hambatan akses pasar.
“IPAAO mencerminkan komitmen jangka panjang Kanada untuk memperkuat ketahanan rantai pasok dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kedua belah pihak,” kata MacDonald dalam salah satu pertemuan di Jakarta.
Kanada, Gandum, dan Dunia
Sebagai negara pengekspor produk pertanian kelima terbesar di dunia, Kanada menempatkan kawasan Indo-Pasifik sebagai pasar prioritas kedua setelah Amerika Serikat. Pada 2024, ekspor produk pertanian dan hasil laut Kanada ke kawasan ini mencapai C$22 miliar, hampir sepertiga dari total ekspor barang mereka ke Indo-Pasifik.
Di tengah tantangan global terhadap ketahanan pangan dan gejolak rantai pasok, Kanada memposisikan diri sebagai mitra dagang yang stabil dan terpercaya. “Kami percaya, kerja sama berbasis riset, inovasi, dan nilai tambah bersama adalah jalan ke depan,” ujar MacDonald.
Potensi dan Tantangan
Meskipun angka perdagangan Kanada-Indonesia menunjukkan tren positif, sejumlah tantangan tetap membayangi. Regulasi yang berbeda, standar mutu, dan hambatan tarif masih menjadi isu dalam pembahasan kedua pihak. Namun dengan kerangka CEPA dan dukungan IPAAO, para pelaku industri diharapkan lebih mudah menjajaki peluang dan membangun kepercayaan jangka panjang.
Lawatan ini tak sekadar menjual gandum dan kepiting, tapi juga membawa pesan diplomasi pangan: bahwa ketahanan dan keberlanjutan hanya bisa dicapai melalui kolaborasi antarnegara. Indo-Pasifik, bagi Kanada, bukan sekadar pasar, tapi masa depan.