SinarHarapan.id – Apa bahasa pertama yang Anda gunakan sejak kecil? Bahasa yang terasa seperti rumah dan mencerminkan identitas serta budaya Anda?
Di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Indonesia, para staf berasal dari berbagai wilayah dan negara. Setiap individu membawa bahasa yang membentuk pengalaman serta cara mereka berkomunikasi.
Pada Hari Bahasa Ibu Internasional 2025, staf PBB di Jakarta merayakan keberagaman bahasa dengan berbicara dalam 36 bahasa ibu yang berbeda. Mereka menggunakan bahasa yang telah menjadi bagian dari kehidupan sejak kecil, dari bahasa Aceh hingga Arab, dari Jawa hingga Jepang.
Baca Juga: Hari Danau Sedunia Akan Diadopsi oleh PBB
“Bahasa bukan sekadar kata-kata, tetapi juga identitas, warisan, dan jembatan menuju pemahaman,” ujar salah satu staf PBB.
Untuk merayakan hari istimewa ini, staf PBB mengunggah video yang menampilkan simfoni berbagai bahasa. Keberagaman ini bukan sekadar wacana, melainkan sesuatu yang dijalani setiap hari.
Sejarah
UNESCO menetapkan 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional untuk menghormati keberagaman bahasa di seluruh dunia. Perayaan ini berakar pada Hari Gerakan Bahasa di Bangladesh, yang mendapat pengakuan internasional.
Gagasan peringatan ini berasal dari Rafiqul Islam, seorang warga Bangladesh yang tinggal di Vancouver, Kanada. Pada 9 Januari 1998, ia mengirim surat kepada Kofi Annan, Sekretaris Jenderal PBB saat itu. Dalam suratnya, ia mengusulkan deklarasi Hari Bahasa Ibu Internasional untuk melindungi bahasa dari kepunahan.
Hari Bahasa Ibu Internasional menjadi pengingat pentingnya melestarikan bahasa sebagai bagian dari warisan budaya. Setiap bahasa memiliki keunikan dan peran dalam membangun pemahaman antarbudaya.
PBB terus mendukung pelestarian bahasa sebagai upaya menjaga keberagaman. Dengan memahami dan menghargai bahasa lain, dunia dapat membangun masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.