SinarHarapan.id – Co-Founder 5P Global Movement, Arsjad Rasjid, membawa misi nilai-nilai kemanusiaan dalam lawatan ke Kairo, Mesir, Sabtu (17/5). Dalam sejumlah pertemuan dengan tokoh agama dan mahasiswa, ia menekankan pentingnya toleransi, perdamaian, dan penguatan ekonomi umat sebagai fondasi membangun kerja sama antarnegara.
Bersama Syeikh Usamah Al-Sayyid Azhari, penasihat Presiden Mesir sekaligus salah satu dari 500 tokoh Muslim berpengaruh dunia, Arsjad menyoroti pentingnya membangun perdamaian berkelanjutan di dunia Islam melalui pendekatan diplomasi antarwarga (people to people diplomacy). Menurut dia, pendekatan ini menempatkan nilai dan pengalaman bersama sebagai jembatan antarkomunitas.
“Kita perlu memperkuat jejaring masyarakat, tidak hanya melalui forum antarnegara, tetapi juga lewat pertukaran pelajar, lokakarya lintas iman, dan program budaya,” kata Arsjad.
Ia menilai masjid dan lembaga keagamaan dapat menjadi pusat dialog dan rekonsiliasi. Dengan menjadikan nilai-nilai Peace, Prosperity, People, Planet, dan Partnership sebagai pijakan, Arsjad meyakini relasi antarbangsa dapat dibangun dengan lebih berkelanjutan.

Ekonomi Halal
Dalam pertemuan terpisah dengan Ketua Majelis Sufi Tertinggi Mesir, Dr. Abdel Hady El Kassaby, Arsjad mendorong pembentukan ekosistem ekonomi halal yang melibatkan Indonesia, Mesir, dan kawasan Timur Tengah. Ia menyebut, potensi ekonomi halal tidak hanya berada pada produk, tetapi juga dalam kerja sama pengembangan sumber daya dan keahlian.
“Bukan hanya soal ekspor produk halal, tapi bagaimana kita menciptakan rantai nilai bersama yang menguatkan posisi kawasan ini di pasar global,” ujarnya.
Ia menilai bahwa ekonomi umat dapat menjadi pilar penting dalam memperkuat ketahanan sosial dan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
Masjid sebagai Sentra Wirausaha
Arsjad juga bertemu mahasiswa Universitas Al Azhar dan anggota Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir. Dalam kesempatan itu, ia memperkenalkan program Rumah Wirausaha Masjid, sebuah inisiatif dari Dewan Masjid Indonesia yang telah memberdayakan pelaku usaha mikro di lebih dari 160 masjid.
“Sudah ada lebih dari 500 pelaku usaha mikro yang terlibat. Rata-rata pendapatan mereka meningkat 32 persen setelah mengikuti pelatihan dan pendampingan,” kata Arsjad.
Ia mengajak para mahasiswa untuk mereplikasi model ini di komunitas masing-masing, menjadikan masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi dan inovasi sosial.
Menurut Arsjad, solidaritas antarumat dan jejaring diaspora Indonesia di luar negeri dapat mendorong lahirnya generasi baru wirausahawan muslim yang inklusif dan berbasis nilai.
Dengan pendekatan kolaboratif dan berakar pada nilai kemanusiaan, Arsjad Rasjid menegaskan bahwa misi membumikan toleransi, menyebarkan perdamaian, serta memperkuat ekonomi umat adalah kunci kemitraan strategis Indonesia dengan dunia Islam, khususnya di Timur Tengah.