SinarHarapan.id, Jakarta – Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat, Hari Purwanto menilai Ketum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suharso Monoarfa seperti tak serius mengurus partai.
Hal tersebut ia sampaikan dalam diskusi publik bertajuk ‘Akankah PPP Lolos Parlimemtary Treshold 2024’ yang digelar Tim Hukum Penyelematan PPP di Jakarta, Senin (29/8/2022).
“Hanya kepentingan individu saja yang dikeluarkan. Dia menyebut kyai amplop. Ini sengaja atau tidak, Suharso sudah meruntuhkan rumah besar yang membesarkannya,” ujar Hari Purwanto.
Hari menilai, Suharso seperti lupa bahwa dia dibesarkan oleh PPP. Menurutnya, pernyataan Suharso yang kontroversial dan menimbulkan polemik dinilai mengancam basis massa seperti kyai, ulama dan ustadz.
“Ketum PPP dengan mengucapkan kyai amplop, padahal tak semua bersikap itu. Itu sama saja pelecehan. Apa yang dikatakan Suharso sudah tak benar. Dia yang menghancurkan PPP, bukan kadernya. Apalagi statment itu masih menjadi trending,” kata Hari.
Sementara itu, Direktur Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menambahkan dari beberapa hasil survey ektabilitas PPP merosot dan terancam tak lolos ke parlemen.
“Bahkan, suaranya tergerus oleh adanya partai baru. Tentu saya lihat wajar karena ada kekhawatiran itu terhadap PPP dari internal mereka sendiri,” ungkap Ray.
Ray meyakini, jika suasana PPP tak nyaman, akan sulit PPP melakukan konsolidasi dan mobilitas dalam rangka meraup suara.
“Berdasarkan itu, saya kira kalau sampai Desember 2023, mereka akan kesulitan bersaing ke parlemen dan melawan partai baru,” jelas Ray.
Ray mendesak, persoalan Suharso ini sebaiknya segera diselesaikan sebelum Desember 2023. Karena pasca itu akan sulit melakukan perbincangan soal keabsahan dan persiapan Pileg 2024.
“Jika tidak, PPP juga berpotensi kehilangan basis massa pemilih akibat kontroversi Ketum. Khususnya soal pemilih perempuan dan kalangan ulama,” jelas Ray.
Koordinator Tim Penyelamat PPP M Soleh Amin mengaku sudah ada teguran dari majelis agar Suharso mengundurkan diri demi menyelematkan kepentingan PPP.
“Ini untuk menyelematkan partai,” kata Soleh seraya menyebut Suharso banyak berkutat pada isu pribadi yang berdampak negatif terhadap partai.
Soleh meyakini, ada niat jahat terhadap PPP kalau Suharso tetap bertahan sebagai Ketum PPP yang elektoralnya tengah turun.
“Karena segmen elektoral kami dihabisi. Untuk keselamatan partai perlu ada kepemimpinan baru. Entah itu dari luar atau dalam,” tutup Soleh. (Van)