SinarHarapan.id – Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama dan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama 2025 resmi dibuka di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Rabu (5/2). Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar membuka acara ini secara resmi. Tema Munas-Konbes tahun ini adalah “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat.” Di mana NU siap gaspol.
KH Miftachul Akhyar mengingatkan peserta untuk merekontekstualisasi pemikiran pendahulu dalam trilogi ukhuwah. Trilogi ini mencakup persaudaraan sesama Islam, sesama anak bangsa, dan sesama manusia.
NU harus menunjukkan ukhuwah Nahdliyah sebagai cerminan moral prima. Bonus demografi harus menjadi peluang, bukan musibah.

Dalam rangka menyambut Harlah ke-102, Kiai Miftach menekankan perlunya strategi 5G untuk menghadapi revolusi Industri 5.0.
Strategi 5G terdiri atas lima elemen utama. Pertama, grand idea, yaitu visi dan misi NU untuk memperkuat semangat khidmah. Kedua, grand design, yaitu program kerja terukur di semua tingkatan.
Baca Juga: PBNU Gelar Kongres Keluarga Maslahat NU
Ketiga, grand strategy, yaitu penyebaran inovasi yang direncanakan bagi kader dan ruang negara. Keempat, grand control, yaitu garis komando organisatoris. Kelima, grand sami’na wa atha’na, yaitu kepatuhan terhadap keputusan organisasi.
“Ada tanda penggerogotan yang harus kita awasi agar program di semua tingkatan tidak tersandera kepentingan sesaat,” ujar Kiai Miftach.
Ia menegaskan bahwa Harlah NU menjadi momentum tinggal landas untuk bersaing secara positif dengan organisasi lain.
“Indonesia harus terus mendapat keberkahan dan kesejahteraan dengan kepemimpinan Prabowo Subianto dan jajaran kabinetnya,” tambahnya.
Munas-Konbes NU tidak hanya harus menghasilkan aturan, tetapi juga menekankan aspek kepatutan dan etika dalam pembahasannya.
“Sudah waktunya menetapkan kriteria Ahlul Halli wal Aqdi untuk memilih pemimpin puncak yang membanggakan para muassis,” tegasnya.
Munas-Konbes ini diharapkan menghasilkan keputusan yang bermanfaat, terutama di bidang ekonomi.
NU Siap Gaspol
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyatakan bahwa saat ini adalah momentum untuk bekerja lebih keras. Setelah sebelumnya menyusun strategi dalam Kongres Pendidikan NU dan Kongres Keluarga Maslahat NU, kini saatnya eksekusi.
“Ini adalah fase gaspol untuk melaksanakan agenda-agenda besar Nahdlatul Ulama,” ujar Gus Yahya.
Munas-Konbes NU 2025 memperkuat konsolidasi organisasi demi tercapainya cita-cita bersama.
“Pembahasan dalam Munas-Konbes ini akan memperkuat konsolidasi, sehingga tidak ada lagi yang menghambat langkah kita,” jelasnya.
Ia meminta seluruh warga NU untuk bersatu dalam mewujudkan cita-cita organisasi.
“Saya minta kesiapan dari semua jajaran pengurus, aktivis, dan kader NU untuk bangkit bekerja tanpa henti,” katanya.
Beberapa tokoh hadir dalam acara ini, termasuk Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Imam Yahya Palavicini dari Italia, dan Charles Holland Tylor dari Amerika Serikat.

PBNU juga menandatangani kerja sama dengan beberapa kementerian dan lembaga negara. Beberapa di antaranya adalah Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi, Menteri P2MI Abdul Kadir Karding, dan Wakil Menteri HAM RI Mugiyanto.
Acara ini berlanjut dengan Puncak Harlah Ke-102 NU di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (5/2/2025) sore hingga petang. Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka rencananya akan hadir.
Pada Kamis (6/2), peserta dari PBNU dan PWNU se-Indonesia akan dibagi ke enam komisi. Komisi-komisi ini mencakup Waqi’iyah, Maudhuiyah, Qanuniyah, Organisasi, Program, dan Rekomendasi.
Rangkaian acara akan ditutup dengan Pleno Munas-Konbes NU dan konferensi pers pada Jumat (7/2) pagi. Setelahnya, pengurus PBNU dan badan otonom akan mengikuti Rapat Pleno PBNU pada Jumat siang.