SinarHarapan.id – Sebagai wilayah yang memiliki sejumlah potensi bencana, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang terus melakukan upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana, salah satunya pemasangan Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS).
Pemasangan tersebut dilakukan di sekitar jalur aliran lahar dingin Gunung Semeru. EWS berbentuk sirine tersebut merupakan pemberian bantuan dari BNPB.
Hal tersebut disampaikan oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kabupaten Lumajang, Paiman dalam acara Sosialisasi Sistem Peringatan Dini Bencana Masyarakat Kabupaten Lumajang, yang bertempat di Panti PKK Lumajang, Selasa (3/10/2023).
Paiman juga menyampaikan, bahwa sistem peringatan dini memiliki unsur penting di dalamnya yaitu informasi dan komunikasi. Sirine yang dipasang sebagai alat sistem peringatan dini bencana hanyalah sebuah alat bantu, yang terpenting adalah masyarakat menerima manfaat dari adanya alat tersebut mengerti fungsi dan keberadaannya.
“Terima kasih kepada jajaran BNPB yang telah hadir di Lumajang dan memberikan bantuan peralatan peringatan dini, ini akan kita jaga bersama, ini sebuah amanah yang diberikan,” ujar dia.
Sementara itu, Kalaksa BPBD Kabupaten Lumajang, Patria Dwi Hastiadi menerangkan, bahwa Kabupaten Lumajang memiliki 11 ancaman bencana dari 13 jenis ancaman bencana yang ada di wilayah Jawa Timur.
“Sebuah kabupaten yang ancaman bencananya luar biasa, dari 13 jenis ancaman bencana yang ada di Jawa Timur, Lumajang punya 11 itu belum likuifaksi, kalau dihitung juga berarti punya 12, makanya kita harus konsen terhadap kebencanaan ini,” terangnya.
Selain itu, diterangkan Patria, bahwa salah satu upaya dan keseriusan pemerintah adalah pemasangan EWS mengingat setiap tahun terjadi banjir lahar dingin Gunung Semeru. Tahapan penanggulangan bencana, termasuk peningkatan kapasitas masyarakat yang juga harus mengerti terkait EWS, rambu evakuasi, dan tempat evakuasi.
“Ada bantuan alat yaitu pemasangan sirine dan towernya yang terpasang di DAS Lahar Semeru, semoga ini bermanfaat. Saya titip ini dijaga, ini untuk kepentingan masyarakat,” ungkapnya.
Sementara, Analis Kebencanaan BPNB, Setiawan Cahya Purna menuturkan, bahwa pemasangan EWS tidak akan berdampak apapun jika masyarakat tidak mengerti kegunaannya. Di beberapa wilayah di Indonesia, EWS hanya menjadi pajangan bahkan ada yang dijarah kemudian dijual, ada juga yang digunakan tidak sebagaimana fungsinya.
Dirinya bersama tim, akan melakukan sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk turut serta menjaga serta memfungsikan alat EWS untuk kegiatan mitigasi bencana.
“Partisipasi masyarakat menjadi yang paling utama, kami ingin masyarakat juga memahami sistem alat tersebut, kami akan melakukan workshop di wilayah, kami akan coba pantau kami gabungkan dengan lokal wisdom yang ada di masyarakat,” tuturnya.