SinarHarapan.id – Sebanyak 14 perusahaan terkemuka Indonesia turut ambil bagian dalam gelaran Africa’s Big 7 2023.
Africa’s Big 7 adalah sebuah ajang pameran bisnis tahunan yang diselenggarakan di Kota Metropolitan Afrika Selatan, Johannesburg.
Sebanyak kurang lebih 3.500 pelaku bisnis, mulai dari makanan dan minuman, catering, retail, perhotelan, olahraga, tekstil dari 37 negara, Africa’s Big 7 ke-20 pada 2023 mengusung tema “Accelerating Business in Africa”
Nama-nama terkemuka seperti PT. Rax Canning, PT. Mayora Indah Tbk, PT. Kapal Api Global, PT Sarimurni Abadi (Momogi), dan PT. ABC Presiden hadir secara langsung dari Indonesia.
Adapun PT. Orang Tua Group, PT. Monde Mahkota Biscuits, PT. Manohara Asri (Mahaghora Group), PT. Indofood Sukses Makmur, Kalbe International, PT. Kaldu Sari Nabati Indonesia, PT Pulau Sambu (Kara), Orang Tua Grup dengan produknya yang sudah masuk di pasar Afrika Selatan.
Sedangkan PT. Kapiten Nusantara yang tidak hadir secara langsung namun menampilkan sampel produk mereka di Paviliun Indonesia pada event yang digelar di Gallagher Convention Center, Johannesburg, Afrika Selatan, 18-20 Juni 2023.
“Saya, mewakili KBRI Pretoria, menyambut baik kehadiran dan partisipasi perusahaan Bapak dan Ibu di paviliun Indonesia pada pameran Africa’s Big 7 2023,” kata Kuasa Usaha ad Interim KBRI Pretoria, Victor Josef Sambuaga, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap keikutsertaan kelompok perusahaan Indonesia dalam gelaran Africa’s Big 7 tahun ini.
“Saya sangat bersyukur dan menghargai upaya perusahaan Anda sekalian dalam mendukung tujuan utama kita bersama yaitu membuka “pasar baru” dan meningkatkan akses pasar serta mempromosikan produk Indonesia di Afrika Selatan guna meningkatkan hubungan perdagangan antara kedua negara,” kata Sambuaga.
Sambuaga menjelaskan tantangan penetrasi produk Indonesia ke pasar Afrika Selatan dan negara sekitarnya tidak mudah. Berbeda dengan produk Eropa dan negara-negara lainnya yang dikenakan biaya relatif lebih rendah, produk Indonesia masih dikenakan tarif yang tinggi.
“Sebuah tantangan, tentu, bagi produk Indonesia untuk memasuki pasar karena pemerintah Afrika Selatan masih memberlakukan tarif yang relatif tinggi sekitar 0-30 persen untuk produk makanan,” kata Sambuaga.
Adapun produk dari negara atau wilayah regional lain, seperti produk dari EU/UK, EFTA (European Free Trade Association), SADC (Southern African Development Community), MERCOSUR (Southern Common Market/ Argentina, Brazil, Uruguay and Paraguay) dan AfCFTA (The African Continental Free Trade Area), Afrika Selatan menerapkan tingkat tarif yang lebih rendah.
Kepala ITPC Johannesburg, Tonny Hendriawan, mengungkapkan kinerja perdagangan Indonesia dengan Afrika Selatan pada periode 2020-2022 menunjukkan tren positif, walaupun pada periode Januari-April 2023 masih cenderung stagnan.
“Dapat kami sampaikan bahwa total perdagangan antara kedua negara meningkat 60,6 persen dari US$ 1,3 miliar pada 2020 menjadi US$ 3,25 miliar pada 2022.”
“Tren nilai ekspor juga meningkat sebesar 38,07 persen dari US$ 572 juta pada 2020 menjadi US$ 1,1 miliar pada 2022.”
Adapun kinerja ekspor Indonesia ke Afrika Selatan pada periode Januari-April 2023 masih relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama 2022 dari US$ 330 juta pada 2022 menjadi US $ 294,4 juta pada 2023.
Secara umum neraca perdagangan Indonesia-Afrika Selatan periode Januari-April 2023 mencapai US$ 554 juta.
Tonny mengatakan ekspor produk makanan olahan Indonesia ke Afrika Selatan dalam dua tahun terakhir nilainya masih di bawah potensi pasar. Pada 2021 hanya US$ 429 ribu, adapun 2022 menurun menjadi US$ 320 ribu.
Produk minuman mengalami kenaikan ekspor sebesar 37 persen dari US$ 22,9 ribu pada 2021 menjadi US$ 31,5 ribu pada 2022.
“Melihat tren ekspor makanan olahan dan minuman ke Afrika Selatan dua tahun terakhir, diharapkan beragam produk Indonesia yang hadir di Pameran Africa’s Big 7 kali ini dapat meningkatkan market share product dan menjadi peluang bisnis guna perluasan pasar di Afrika Selatan dan negara-negara di sekitarnya.”
Banyak tantangan untuk penetrasi produk Indonesia. Selain besarnya tarif masuk, pentingnya mempelajari perilaku konsumen lokal, juga kompetitor lokal dan dari negara-negara lain.
“Namun kami optimistis produk-produk Indonesia tetap memiliki peluang dan potensi untuk memasuki pasar Afrika Selatan,” kata Tonny.
Animo pengunjung terhadap produk Indonesia dapat dikatakan sangat tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung pada setiap booth sejak pembukaan secara resmi paviliun Indonesia.
(Sumber: ITPC Johannesburg/TH/KBRI/RM)