Ekonomi

Analogi Airlangga soal G20, Koki dan Restoran

×

Analogi Airlangga soal G20, Koki dan Restoran

Sebarkan artikel ini
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan opening remarks secara virtual pada Pertemuan Sherpa ke-2, Minggu (10/7). (Foto: Twitter)

SinarHarapan.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menganalogikan G20 sebagai sebuah restoran di mana para kokinya tidak boleh bertempur di dapur. Analogi tersebut disampaikan Airlangga pada Pembukaan Pertemuan Sherpa Kedua, Minggu (10/7).

“G20 harus menjadi restoran yang luar biasa dan menyajikan menu yang luar biasa pula. Makanan tidak pernah akan tersajikan jika para chef sibuk bertengkar di dapur,” kata Airlangga seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Perekonomian RI.

Presidensi G20 Indonesia meyakini bahwa konsensus akan dicapai para delegasi dalam mempertimbangkan jalan keluar untuk isu-isu yang menjadi prioritas.

“G20 sebagai forum ekonomi global utama harus bertindak bersama mengatasi tantangan global yang multidimensi dan saling terkait. Pada hari ini kita memiliki tanggung jawab untuk memikirkan orang lain dan memberikan solusi yang nyata,” ujar Menko Airlangga.

Menurut Airlangga, sangat penting dalam masa krisis ini bagi G20 untuk meningkatkan kepercayaan sebagai forum ekonomi utama global.

“Presidensi berharap suasana yang nyaman di Labuan Bajo dapat mendukung Sherpa mencapainya, di mana para chef G20 dapat menyajikan menu yang luar biasa dan bisa dinikmati seluruh dunia,” kata Menko Airlangga.

Dalam pertemuan yang diselenggarakan di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur tersebut, Menko Airlangga menyampaikan bahwa jutaan orang yang terkena dampak konflik antar negara mendambakan terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan keamanan, yang hilang akibat konflik atau perang.

“Rasa kemanusiaan harus dikedepankan dan menjadi yang utama dalam pertemuan Labuan Bajo. Tanggung jawab kita adalah memberikan solusi untuk mengatasi keluhan mereka, memberikan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Sehingga tidak ada orang, negara, atau wilayah yang ditinggalkan. Dengan demikian, G20 dapat memberikan jalan bagi stabilitas, pemulihan, dan kemakmuran global,” kata Menko Airlangga.

Inflasi serta ketahanan pangan dan energi dikhawatirkan akan menghambat ekonomi global sekaligus mempersulit upaya pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs).

Sebagai salah satu negara Champions dari Global Crisis Response Group (GCRG), Indonesia juga diharapkan dapat membantu memberikan solusi atas krisis keuangan, pangan, dan energi yang terjadi di dunia.

Forum ekonomi utama tersebut juga harus mampu menunjukkan kepemimpinan global dengan memberikan solusi untuk mengatasi tantangan yang ada saat ini maupun dalam jangka panjang.

Indonesia juga mengharapkan dukungan dari seluruh negara anggota G20 untuk mendapatkan konsensus bagi aksi yang praktis dan konkret untuk menunjukkan bahwa G20 benar-benar merupakan forum ekonomi utama, termasuk di dalamnya tiga prioritas Presidensi yakni kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi.

“Meskipun konteksnya cukup sulit, grup dengan keanggotaan yang beragam ini memiliki kemampuan untuk membuat kemajuan. Presidensi menghargai dukungan anggota untuk membentuk Financial Intermediary Fund (FIF) bagi manajemen kesiapsiagaan dan pencegahan pandemi, yang dihasilkan dalam pertemuan Joint Health and Finance Task Force bulan lalu,” kata Airlangga.

Kepercayaan dan sikap saling menghormati di antara anggota G20 merupakan kunci untuk mengedepankan dialog dan konsensus. Di samping itu, Sherpa bertugas untuk memelihara hubungan kerja kondusif yang menjadi faktor sangat penting dalam mengubah saran berupa kebijakan dan permasalahan teknis yang kompleks menjadi berbagai tindakan berani dan nyata bagi seluruh kepala negara anggota G20.

Kelompok G20 juga harus mampu melihat ke depan dalam mendukung pertumbuhan dan ketahanan ekonomi global. Agenda 2030 untuk SDGs juga harus menjadi pedoman negara anggota G20, terutama membantu meningkatkan kehidupan di negara-negara berkembang yang rentan.

Indonesia memahami situasi dunia saat ini, sehingga Sherpa menyerukan persatuan supaya dapat dihasilkan solusi atas kebijakan dan keuangan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dunia saat ini.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pidatonya menyampaikan bahwa terlihat komitmen kuat untuk berkolaborasi, dan memperkuat ketahanan pangan dan energi global, di mana hampir semua peserta sepakat tentang pentingnya mengatasi gangguan dalam rantai pasokan pangan dan energi global.

Acara dilaksanakan secara hybrid, dihadiri 20 negara anggota G20, sembilan negara undangan, dan 10 organisasi internasional.